Cara Menentukan Harga Jual Makanan: Untung Maksimal, Tetap Laku di Pasaran

Ilustrasi Ayam Panggang.
Sumber :
  • VIVA

VIVA Tangerang – Menentukan harga jual makanan bukan sekadar hitung modal lalu ditambah margin. Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan agar harga tetap kompetitif, tidak bikin pelanggan kabur, tapi tetap memberi untung.

Banyak pelaku usaha kuliner yang bingung:

  • “Kalau murah, takut rugi.”
  • “Kalau mahal, takut nggak laku.”

 

Nah, artikel ini akan membahas cara menghitung dan strategi menentukan harga jual makanan secara tepat, praktis, dan realistis.


1. Hitung Harga Pokok Produksi (HPP) Secara Detail

Harga Pokok Produksi (HPP) adalah total biaya yang dikeluarkan untuk membuat 1 porsi makanan. Komponen utamanya:

  • Bahan baku: semua bahan yang dipakai
  • Bahan pembantu: bumbu, minyak, plastik kemasan, tisu
  • Gas/listrik: per porsi, bisa dibagi dari total pemakaian harian
  • Tenaga kerja: jika ada pegawai, upah dihitung per porsi
  • Penyusutan alat: misalnya loyang, wajan, blender

 

Contoh:

 
 
  • Total biaya buat 10 porsi mie goreng: Rp50.000
  • Berarti HPP per porsi: Rp5.000

2. Tambahkan Margin Keuntungan yang Masuk Akal

Setelah tahu HPP, tentukan markup keuntungan. Umumnya:

  • UMKM kuliner rumahan: markup 30–100%
  • Bisnis yang sudah mapan: markup 50–200%, tergantung pasar

 

Contoh:

 
 
  • HPP: Rp5.000
  • Markup 100% = Rp10.000 (harga jual)

Tips: Perhatikan juga harga kompetitor di sekitar. Jangan terlalu jauh dari harga pasar.


3. Sesuaikan Harga dengan Target Pasar

Kamu jual ke siapa?

  • Mahasiswa & pelajar: harus hemat, harga di bawah Rp15.000
  • Keluarga kelas menengah: bisa di kisaran Rp20.000–Rp35.000
  • Kelas atas: harga bisa premium, asal kemasan & branding mendukung

 

Jangan samakan harga di kantin sekolah dengan di cafe kekinian. Tempat dan target pembeli sangat menentukan!


4. Gunakan Harga Psikologis

Ini strategi harga yang secara psikologis bikin produk terlihat lebih murah.

Contoh:

  • Rp10.000 → Rp9.900
  • Rp20.000 → Rp19.500
  • Rp50.000 → Rp49.000

 

Efeknya besar! Konsumen cenderung lebih tertarik pada harga yang tidak bulat.


5. Hitung juga Biaya Promosi dan Diskon

Sering kasih promo? Maka itu harus dihitung di awal.

Misalnya:

  • Cashback Rp2.000
  • Free minum untuk pembelian Rp15.000 ke atas
  • Biaya packaging tambahan untuk kirim online

 

Semua itu bisa menggerus margin kalau tidak dihitung dari awal.
Saran: sisihkan 5–10% dari harga jual untuk promosi & diskon.


6. Jangan Lupa Pajak & Aplikasi Online

Kalau kamu jual lewat GoFood/GrabFood/ShopeeFood, mereka ambil potongan 20–30%.
Solusi: tambahkan markup khusus untuk harga online, misalnya:

 
 
  • Harga offline: Rp15.000
  • Harga di aplikasi: Rp18.000 (biar tetap untung meski dipotong)

7. Coba Strategi “Menu Umpan” dan Paket Hemat

Menu umpan: harga sangat murah untuk menarik perhatian, contohnya:

  • Nasi + Ayam Geprek Rp10.000
  • Teh Manis Gratis untuk pembelian di atas Rp20.000

 

Paket hemat: gabungkan beberapa menu dengan harga yang terlihat lebih murah daripada beli satuan.


Kesimpulan

Harga jual makanan yang tepat = kombinasi antara:

  • HPP yang jelas
  • Margin keuntungan sehat
  • Harga kompetitif di pasar
  • Psikologi konsumen
  • Strategi promosi & target pasar

Jangan asal murah, jangan juga asal mahal. Yang penting: untung stabil, pelanggan loyal.