Mengapa Anak Suka Bertanya 'Kenapa?' dan Cara Menjawabnya dengan Bijak

Orang Tua dan Anak
Sumber :

VIVA Tangerang

“Kenapa langit biru?”
“Kenapa kucing punya ekor?”
“Kenapa aku harus tidur?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mungkin terdengar sederhana, bahkan kadang membuat orang tua kehabisan jawaban. Tapi tahukah Anda? Fase “kenapa” adalah bagian penting dari proses tumbuh kembang anak. Ini bukan sekadar iseng, tapi tanda bahwa anak mulai penasaran, berpikir kritis, dan ingin memahami dunia di sekitarnya.

Sebagai orang tua, kita punya peran penting dalam merespons dengan bijak. Sikap dan cara kita menjawab akan memengaruhi rasa ingin tahu anak—apakah akan terus berkembang, atau malah padam sebelum waktunya.


Mengapa Anak Sering Bertanya “Kenapa?”

1. Tanda Perkembangan Bahasa dan Kognitif

Biasanya muncul pada usia 3–5 tahun, saat anak sudah bisa menggabungkan kalimat dan mulai memahami sebab-akibat.

2. Wujud Rasa Ingin Tahu yang Tinggi

Dunia anak penuh hal baru. Pertanyaan mereka adalah cara untuk belajar dan merasa aman dalam dunia yang belum mereka pahami.

3. Strategi Interaksi

Kadang anak bertanya untuk mengajak bicara, bukan karena ingin jawaban panjang. Mereka menikmati momen terhubung dengan orang tuanya.


Manfaat Menjawab Pertanyaan Anak dengan Baik

  • Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompetensi kognitif

  • Mendorong kemampuan berpikir kritis dan analitis

  • Menguatkan ikatan emosional antara anak dan orang tua

  • Menumbuhkan minat belajar jangka panjang


Cara Menjawab Pertanyaan “Kenapa?” dengan Bijak

1. Dengarkan Dulu, Jangan Tergesa-gesa

Kadang kita langsung merasa terganggu. Padahal, mendengarkan sepenuh hati sudah setengah dari jawaban.

2. Gunakan Bahasa Sederhana dan Jelas

Sesuaikan dengan usia anak:

“Langit biru karena cahaya dari matahari pecah dan warna biru paling kuat sampai ke mata kita.”

3. Jangan Takut Mengakui Ketidaktahuan

“Wah, itu pertanyaan bagus. Mama juga belum tahu, yuk kita cari bareng!”

Jawaban jujur justru memberi contoh bahwa belajar adalah proses sepanjang hayat.

4. Tanyakan Balik

“Kamu sendiri pikir kenapa begitu?”
Bisa memicu percakapan yang lebih dalam dan menggali logika anak.

5. Jangan Meremehkan atau Menyuruh Diam

Kalimat seperti “Ah, kamu nanya terus” atau “Udah, diam aja” bisa membuat anak merasa pertanyaannya tidak berharga.


Tips Jika Anak Bertanya Terus-Terusan

  • Tetap sabar. Ini fase, bukan selamanya.

  • Boleh beri batas waktu:

    “Sekarang waktunya tidur ya, nanti kita lanjut ngobrol lagi pagi.”

  • Sediakan aktivitas eksploratif: buku cerita, eksperimen sains sederhana, atau menonton video edukatif.


Penutup

Fase “kenapa” adalah salah satu tanda bahwa anak Anda tumbuh dengan rasa ingin tahu yang sehat. Daripada merasa lelah, cobalah melihat setiap pertanyaan sebagai pintu menuju kedekatan, pembelajaran, dan pembentukan karakter. Menjawab “kenapa” dengan sabar adalah investasi yang akan berdampak besar pada cara anak berpikir, bertanya, dan memecahkan masalah seumur hidupnya.