Jeritan Gaza: Warga Kirim Pesan Putus Asa soal Kelaparan di Tengah Blokade Israel
- VIVA
Tangerang – Situasi krisis kemanusiaan di Gaza mencapai titik kritis. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengeluarkan peringatan keras mengenai lonjakan kelaparan yang terjadi di wilayah tersebut. Lewat unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), UNRWA menyatakan telah menerima banyak pesan penuh keputusasaan dari masyarakat Gaza, termasuk staf mereka yang juga terdampak.
“Kami terus menerima kabar memilukan soal kelaparan dari dalam Gaza. Bahkan rekan-rekan kami pun kini menjadi korban langsung dari krisis ini,” tulis UNRWA.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa harga kebutuhan pokok meroket tajam, bahkan hingga 40 kali lipat dari harga normal. Sebuah struk belanja yang dibagikan menunjukkan harga 1 kg gula mencapai USD 100, sementara tepung, beras, dan lentil kini dijual dengan kisaran harga antara USD 23–30 per kilogram. Total empat bahan pokok saja kini bisa menguras hingga USD 183 (sekitar Rp2,9 juta).
Ironisnya, meski kelaparan melanda, UNRWA menyatakan bahwa mereka masih memiliki stok makanan yang mencukupi untuk seluruh penduduk Gaza selama lebih dari tiga bulan. Namun, makanan tersebut tidak bisa didistribusikan karena blokade yang masih diberlakukan secara ketat.
“Penderitaan ini bukan karena bencana alam, tetapi akibat tindakan manusia. Ini harus dihentikan. Kami menyerukan agar blokade segera dicabut dan bantuan kemanusiaan bisa masuk dengan aman dan dalam jumlah besar,” lanjut pernyataan resmi UNRWA.
Situasi semakin mengerikan ketika Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa 18 orang telah meninggal dunia hanya dalam 24 jam terakhir karena kelaparan. Angka ini menjadi bukti nyata dari memburuknya kondisi kemanusiaan yang diperparah oleh pengeboman terus-menerus dan keterbatasan akses bantuan.
Sejak Oktober 2023, konflik yang melibatkan Israel telah menewaskan hampir 59.000 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Serangan militer ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghancurkan infrastruktur, memutus akses kesehatan, dan memicu krisis pangan terburuk dalam sejarah Gaza.