Kemacetan Parah di Stasiun Poris Tangerang: Warga Minta Jalan Alternatif dan Penertiban Lalu Lintas

Kemacetan Parah di Stasiun Poris Tangerang
Sumber :
  • Varrel Putra Hadi

VIVA Tangerang – Kemacetan di sekitar Stasiun Poris, Kota Tangerang, kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Hampir setiap hari, terutama pada jam sibuk sore hingga malam, kawasan ini berubah menjadi lautan kendaraan yang bergerak sangat lambat. Kondisi ini membuat pengendara harus rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk melewati jalur yang relatif pendek.

Macet Jadi Rutinitas Harian

Seorang pelajar SMK Muhammadiyah 1 Tangerang, Mandala Astikusuma, yang juga tinggal di kawasan sekitar, menyebutkan bahwa kemacetan di Stasiun Poris sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi warga.

“Biasanya macet mulai jam 5 sore sampai jam 9 malam, hampir setiap hari kecuali akhir pekan. Kendaraan mengular panjang karena arus lalu lintas yang sangat padat,” jelas Mandala, Kamis 24 September 2025.

Menurutnya, warga sudah terbiasa dengan kondisi tersebut, meski tetap mengeluhkan dampak kemacetan yang menyita waktu dan energi.

Penyebab Utama: Perlintasan Kereta dan Pengendara Lawan Arah

Faktor utama yang memicu kemacetan di sekitar Stasiun Poris adalah padatnya frekuensi kereta api yang melintas. Dalam waktu 10 menit, palang pintu bisa menutup hingga tiga kali, sehingga arus lalu lintas tersendat parah.

Kondisi ini sering membuat sebagian pengendara memilih melawan arah demi mendahului sebelum palang pintu kereta ditutup. Namun, alih-alih mempercepat perjalanan, tindakan itu justru mempersempit jalur dan menambah kepadatan.

“Karena banyak yang melawan arah, jalan jadi makin sempit. Ditambah orang-orang yang pulang kerja ikut menumpuk di jalan,” ujar Mandala.

Selain perilaku pengendara, keberadaan angkutan umum juga menjadi faktor yang memperparah situasi. Banyak sopir angkot yang berhenti sembarangan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, bahkan tak jarang ikut melawan arus lalu lintas.

Minimnya Penjagaan dan Praktik Pungli

Mandala menilai sistem lalu lintas di area perlintasan sebenarnya sudah cukup baik, hanya saja minim penjagaan petugas membuat kondisi semakin semrawut.

“Harusnya ada petugas yang menjaga, tapi kenyataannya tidak ada. Akibatnya malah muncul pungli dari oknum sekitar rel,” ungkapnya.

Sesekali memang terlihat aparat kepolisian mengatur lalu lintas di kawasan tersebut, namun warga menilai langkah itu belum konsisten dan belum cukup efektif untuk mengurai kemacetan harian.

Warga Desak Jalan Alternatif

Sebagai solusi jangka panjang, warga berharap pemerintah segera membangun jalan alternatif penghubung yang lebih dekat dan efisien. Jalur yang ada saat ini, yaitu melalui Benteng Betawi, dinilai terlalu jauh sehingga jarang dimanfaatkan pengendara.

“Kalau ada jalan penghubung yang dekat, pasti lebih membantu. Saya juga berharap pemerintah menempatkan petugas yang konsisten memantau lalu lintas di sekitar Stasiun Poris,” tegas Mandala.

Butuh Langkah Konkret Pemerintah

Kemacetan di sekitar Stasiun Poris tidak hanya menjadi keluhan masyarakat sekitar, tetapi juga menjadi masalah serius perkotaan yang mengganggu mobilitas warga Tangerang. Dengan semakin padatnya arus penumpang KRL dan pertumbuhan kendaraan pribadi, kawasan ini berpotensi semakin macet bila tidak segera diambil langkah nyata.

Pemerintah daerah bersama instansi terkait diharapkan dapat segera turun tangan, baik melalui penertiban lalu lintas, penambahan petugas di lapangan, maupun penyediaan jalur alternatif. Tanpa solusi konkret, Stasiun Poris akan terus identik dengan kemacetan parah setiap harinya.