Pertemanan Toxic? Ini Alasan Friendship Breakup Membuat Hidup Lebih Damai

Ilustrasi Pertemanan.
Sumber :
  • VIVA

Tangerang – Persahabatan sering kali dianggap sebagai hubungan yang abadi. Namun belakangan, muncul fenomena friendship breakup atau putus hubungan pertemanan yang mulai banyak dibicarakan, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Bagi sebagian orang, memutus hubungan dengan sahabat ternyata bisa membawa kelegaan dan rasa damai. Lalu, mengapa friendship breakup bisa terjadi dan bagaimana cara kita menyikapinya dengan bijak?

Apa Itu Friendship Breakup?

Sleep Tourism: Tren Liburan Unik Demi Tidur Pulas

Friendship breakup adalah kondisi ketika seseorang memutuskan untuk mengakhiri hubungan pertemanan, baik secara sepihak maupun disepakati bersama. Fenomena ini muncul seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental. Tidak sedikit orang yang mulai memahami bahwa hubungan pertemanan yang toxic justru bisa menjadi sumber stres, drama, atau rasa tidak nyaman.

Berbeda dengan putus cinta, putus sahabat sering dianggap tabu atau memalukan. Padahal, sahabat juga manusia biasa yang bisa berubah seiring waktu. Ketika nilai hidup, cara pandang, atau kebiasaan sudah tidak sejalan, wajar jika persahabatan tidak lagi terasa nyaman.

Mengapa Putus Sahabat Bisa Membuat Lebih Tenang?

Mantan Bintang Porno Rae Lil Black Mantap Jadi Mualaf, Ungkap Tantangan Berhijab dan Tinggalkan Masa Lalu

Putus pertemanan bukan berarti kita jahat atau tidak setia kawan. Justru, bagi sebagian orang, mengakhiri pertemanan yang tidak sehat bisa membawa kelegaan. Berikut beberapa alasan mengapa friendship breakup justru membuat seseorang merasa lebih damai:

  1. Mengurangi Drama yang Tidak Perlu

Ghosting Bukan Cuma di Percintaan: Fenomena Menghilang dari Circle Toxic

Persahabatan yang diwarnai konflik terus-menerus hanya akan memakan energi emosional. Dengan memutus tali pertemanan tersebut, kita bisa menghindari drama dan fokus pada hubungan yang lebih positif.

  1. Menjaga Kesehatan Mental

Hubungan pertemanan yang toxic sering membuat seseorang merasa tertekan, rendah diri, atau selalu dibebani perasaan bersalah. Dengan mengakhirinya, ruang untuk menjaga kesehatan mental menjadi lebih luas.

  1. Membuka Ruang Bertumbuh

Kadang, persahabatan justru bisa membatasi potensi kita jika orang-orang di sekitar tidak mendukung perubahan positif. Dengan menjauh dari lingkungan pertemanan yang menjatuhkan, kita punya kesempatan bertumbuh dan berkembang.

  1. Belajar Menentukan Batasan

Friendship breakup juga mengajarkan kita tentang pentingnya boundaries. Tidak semua orang pantas berada di lingkaran terdekat kita, dan tidak apa-apa untuk memilah siapa yang benar-benar layak disebut teman sejati.

Tanda-Tanda Persahabatan Perlu Diakhiri

Tidak semua konflik harus diakhiri dengan putus pertemanan. Namun, jika kamu merasakan tanda-tanda ini, mungkin saatnya mempertimbangkan friendship breakup:

  • Kamu merasa selalu dimanfaatkan atau diremehkan.

  • Setiap interaksi memicu stres atau konflik.

  • Temanmu tidak menghargai batasan yang sudah kamu buat.

  • Kamu selalu merasa rendah diri setiap bersama dia.

  • Nilai hidup atau cara pandang kalian sudah sangat bertolak belakang.

Tips Move On Setelah Friendship Breakup

Putus sahabat bisa menimbulkan rasa sedih, kecewa, bahkan penyesalan. Tidak apa-apa untuk berduka karena kehilangan seseorang yang pernah dekat. Agar prosesnya lebih mudah, cobalah lakukan ini:

  • Terima perasaanmu tanpa menghakimi.

  • Fokus pada hubungan yang lebih sehat.

  • Alihkan energi pada hal-hal positif, seperti hobi baru.

  • Jika merasa kesepian, cobalah membuka diri dengan lingkungan pertemanan baru.

Fenomena friendship breakup membuktikan bahwa tidak semua pertemanan layak dipertahankan selamanya. Memutus hubungan dengan sahabat bukan berarti gagal, melainkan sebuah langkah berani untuk merawat diri sendiri. Persahabatan yang sehat harusnya membuat kita berkembang, bukan justru menyakiti. Jadi, jika memang sudah tidak sejalan, tidak apa-apa kok memilih berpisah dan membuka ruang untuk bertemu orang-orang yang lebih suportif.