Apakah Anakmu Memiliki Empati atau Sekadar Sopan? Bedanya Penting!

Ilustrasi Keluarga
Sumber :
  • VIVA

Empati tidak muncul secara instan. Ia berkembang seiring waktu melalui hubungan emosional yang sehat, contoh dari orang dewasa, dan pembiasaan untuk mengenali emosi dalam diri sendiri dan orang lain.

Mengapa Penting Membedakan?

Jika kita hanya fokus mengajarkan kesopanan tanpa mengembangkan empati, anak mungkin tumbuh menjadi pribadi yang pintar bersandiwara secara sosial, tapi kurang peka terhadap perasaan orang lain. Sebaliknya, anak yang memiliki empati akan mampu membangun hubungan sosial yang lebih sehat dan berkelanjutan karena kepekaannya terhadap emosi sekitar.

Cara Mengasah Empati Anak

  1. Jadilah contoh nyata. Anak belajar dari sikap orang tuanya. Tunjukkan empati dalam interaksi sehari-hari, seperti membantu tetangga yang sedang kesusahan atau mendengarkan cerita anak tanpa menghakimi.

  2. Diskusikan perasaan. Ajak anak membicarakan perasaan yang mereka alami dan ajarkan untuk mengenali emosi orang lain. Tanyakan, “Menurutmu, bagaimana perasaan temanmu saat itu?”

  3. Gunakan cerita sebagai sarana. Buku cerita atau film anak bisa menjadi alat efektif untuk menumbuhkan empati. Bahas karakter dan perasaan mereka bersama anak.

  4. Berikan ruang untuk refleksi. Setelah anak mengalami konflik atau situasi sosial, ajak mereka merefleksikan apa yang terjadi dan bagaimana semua orang yang terlibat mungkin merasa.

Mengajarkan sopan santun memang penting, tapi jangan berhenti di sana. Pastikan juga anak Anda mengembangkan empati yang sejati. Dunia butuh lebih banyak orang yang tak hanya tahu cara bersikap baik, tapi juga benar-benar peduli.