Ada-ada Saja! Ramai di China, Pemilik Hewan Ramai Kloning Peliharaan yang Sudah Mati
- Freepik
Tangerang – Ada-ada saja, lagi tren di China, yaitu mengkloning hewan peliharaan. Meskipun dengan biaya tidak murah, banyak pecinta hewan dapat memiliki versi baru dari sahabat berbulu mereka.
Mengutip SCMP, Liu Xing, seorang desainer dari Beijing, yang mengadopsi kucing jalanan bernama Tomcat lebih dari satu dekade lalu. Selama 15 tahun, Tomcat menjadi teman setianya, berpindah dari Shenzhen ke Beijing bersama Liu. Saat kesehatannya memburuk, Liu menghabiskan hampir 100.000 yuan (sekitar Rp220 juta) untuk biaya medisnya.
Ketika Tomcat akhirnya meninggal, Liu memutuskan untuk mengkloningnya melalui layanan kloning hewan peliharaan. Proses ini tidak berjalan mulus, dengan dua kali kegagalan menggunakan induk pengganti. Namun, akhirnya ia berhasil mendapatkan Little Tomcat yaitu kloning yang hampir identik dengan Tomcat asli.
"Setiap sen yang saya keluarkan sepadan dengan hasilnya," ujar Liu, yang menghabiskan sekitar 140.000 yuan (sekitar Rp308 juta) untuk layanan ini.
Teknologi ini mulai menarik perhatian sejak 2017, ketika ilmuwan China sukses mengkloning anjing pertama bernama Longlong. Dua tahun kemudian, lahirlah kucing hasil kloning pertama bernama Garlic, yang semakin memopulerkan layanan ini.
Saat ini, biaya kloning hewan peliharaan di China berkisar antara 150.000 hingga 380.000 yuan (sekitar Rp330 juta hingga Rp836 juta).
Prosesnya melibatkan pengambilan sampel kulit hewan, penggabungan dengan sel telur dari hewan lain untuk membentuk embrio, dan implantasi ke induk pengganti. Dalam waktu 12 hingga 18 bulan, pemilik akan menerima hewan kloning mereka, lengkap dengan laporan kesehatan dan perbandingan genetik.