Alasan Kenapa Ayah Jarang Dapat Ucapan Terima Kasih

Peran Ayah dalam Pengasuhan: Bukan Sekadar Pencari Nafkah
Sumber :

VIVA Tangerang – Dalam banyak keluarga, sosok ayah sering kali hadir seperti bayangan—selalu ada, tapi jarang disadari. Ia bekerja keras dari pagi hingga malam, berusaha memastikan keluarga hidup dengan layak. Namun, sayangnya, ucapan sederhana seperti “terima kasih, Ayah” sering kali luput diucapkan. Pertanyaannya, kenapa begitu?

Ayah dan Peran yang Tak Terlihat

Berbeda dengan ibu yang lebih sering menampilkan kasih sayang secara emosional dan terbuka, ayah kerap menunjukkan cintanya melalui tindakan. Ia mungkin tidak banyak bicara, tapi diam-diam memperbaiki genteng bocor, mengganti ban mobil, atau lembur di kantor demi biaya sekolah anak-anak.
Peran ayah sering dianggap “biasa” karena sebagian besar tanggung jawabnya terlihat seperti kewajiban. Padahal, di balik itu ada pengorbanan besar yang jarang disadari keluarga.

Budaya yang Membentuk Sosok Keras

Sejak kecil, banyak pria diajarkan untuk “kuat dan tidak cengeng”. Budaya ini membuat banyak ayah menekan sisi emosional mereka. Mereka tidak terbiasa mengekspresikan lelah, sedih, atau kecewa. Akibatnya, kehadiran mereka sering dianggap “dingin” atau “kurang hangat”, padahal di balik ketegasan itu ada kasih sayang yang dalam.
Ketika sosok seperti ini tidak menunjukkan kelembutan, keluarga pun jarang merasa perlu memberi ucapan terima kasih karena menganggap semuanya “sudah seharusnya”.

Ucapan Terima Kasih yang Terlupakan

Ucapan terima kasih bukan hanya bentuk sopan santun, tapi juga penghargaan terhadap peran seseorang. Ironisnya, banyak anak tumbuh tanpa menyadari betapa besar perjuangan ayah mereka.

Ayah yang membiayai sekolah, membangun rumah, atau menyiapkan masa depan sering kali hanya menjadi “pemain pendukung” dalam narasi keluarga.
Padahal, satu kalimat sederhana seperti “terima kasih, Ayah, sudah berjuang untuk kami,” bisa menjadi sumber kebahagiaan yang luar biasa bagi mereka.

Mengubah Kebiasaan, Mengembalikan Apresiasi

Sudah saatnya kita lebih peka terhadap perjuangan ayah. Mulailah dari hal kecil—menyapa ketika ia pulang kerja, menyiapkan secangkir teh hangat, atau sekadar mengucapkan terima kasih atas hal-hal kecil yang dilakukan.
Anak-anak juga perlu diajarkan untuk mengenali bahwa kasih sayang tidak selalu ditunjukkan lewat pelukan, tapi bisa lewat kerja keras dan tanggung jawab.

Ayah memang jarang meminta ucapan terima kasih, tapi bukan berarti ia tidak membutuhkannya. Di balik diamnya, ada hati yang lelah dan rindu diapresiasi.
Ucapan sederhana bisa menghangatkan kembali hubungan keluarga yang kerap diwarnai kesibukan dan jarak emosional.
Jadi, sebelum hari ini berakhir, kenapa tidak mencoba berkata: “Terima kasih, Ayah. Untuk segalanya.”