Rupiah Berpeluang Menguat di Tengah Ketegangan Dagang AS-Uni Eropa

Ilustrasi uang (freepik.com)
Sumber :
  • Freepik

TangerangNilai tukar rupiah diprediksi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring meningkatnya kekhawatiran retaliasi dari Uni Eropa (UE) terhadap rencana tarif dagang yang diberlakukan AS.

Menurut analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, pelemahan dolar AS dipicu oleh ketidakpastian tercapainya kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa menjelang tenggat waktu 1 Agustus 2025.

"Rupiah berpotensi terapresiasi karena sentimen negatif terhadap dolar AS akibat ancaman retaliasi dari pihak Eropa," ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Selasa (22/7).

Saat ini, Uni Eropa dan Amerika Serikat sedang berupaya mencapai kesepakatan sebelum diberlakukannya tarif sebesar 30 persen. AS dikabarkan menginginkan pengenaan tarif umum lebih dari 10 persen terhadap produk UE, kecuali beberapa komoditas seperti alat medis, minuman keras, obat generik, barang penerbangan, dan peralatan industri strategis.

Rencana tarif yang diumumkan oleh mantan Presiden Donald Trump termasuk bea masuk 30 persen untuk sebagian produk ekspor UE, 25 persen untuk kendaraan dan suku cadangnya, serta tarif ganda untuk komoditas baja dan aluminium. Bahkan, produk tembaga akan dikenakan tarif hingga 50 persen. Akumulasi tarif ini diproyeksikan mencapai nilai sekitar 380 miliar euro atau setara 442 miliar dolar AS—yakni sekitar 70 persen dari total ekspor UE ke Amerika.

Lukman menilai kecil kemungkinan kesepakatan dagang akan tercapai, mengingat sikap AS yang dinilai belum bersedia berkompromi.

Berdasarkan kondisi global ini, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.250 hingga Rp16.400 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Selasa pagi, rupiah dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen ke level Rp16.312 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.323.