Penyebab 49 Sekolah di Korea Selatan Akan Ditutup Tahun Ini

Ilustrasi Pelajar di Jepang.
Sumber :
  • Engoo

VIVA Tangerang – Korea Selatan menghadapi tantangan besar terkait penurunan populasi usia sekolah yang berimbas pada tutupnya sejumlah sekolah di berbagai daerah. Sebanyak 49 sekolah dasar, menengah, dan atas di 17 kota serta provinsi di seluruh negeri diperkirakan akan ditutup pada tahun ini. Penutupan ini disebabkan oleh menurunnya jumlah siswa yang terdaftar, sebuah fenomena yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Dilansir VIVA, Selasa 25 Februari 2025, menurut data yang dirilis oleh pemerintah, jumlah sekolah yang terpaksa ditutup akibat kekurangan pendaftaran siswa menunjukkan lonjakan signifikan. Pada tahun 2023, tercatat ada 22 sekolah yang ditutup, sementara pada 2024 jumlahnya melonjak menjadi 33 sekolah. Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun 2025.

Sebagian besar sekolah yang akan ditutup terletak di daerah pedesaan, dengan 88 persen dari total 49 sekolah yang dijadwalkan tutup berada di wilayah non-urban. Menurut Kementerian Pendidikan Korea Selatan, daerah pedesaan sangat terpukul oleh fenomena penurunan jumlah siswa ini. Berbeda halnya dengan ibu kota Seoul, yang tidak mengalami penutupan sekolah. Sementara itu, provinsi Gyeonggi, yang terletak di sekitar Seoul dan merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak, juga mengalami dampak serupa dengan enam sekolah yang terancam ditutup.

Provinsi Jeolla Selatan, yang terletak di bagian paling selatan Korea Selatan, tercatat sebagai provinsi dengan jumlah sekolah terbanyak yang akan ditutup, yakni sebanyak 10 sekolah. Diikuti oleh Provinsi Chungcheong Selatan dengan sembilan sekolah, Provinsi Jeolla Utara dengan delapan sekolah, dan Provinsi Gangwon yang terancam kehilangan tujuh sekolah. Fenomena penurunan jumlah siswa di daerah-daerah tersebut semakin mengkhawatirkan mengingat pentingnya pendidikan sebagai fondasi masa depan.

Dari total 49 sekolah yang akan ditutup, sebagian besar, yakni 38 sekolah, adalah sekolah dasar. Ini menunjukkan bahwa sektor pendidikan tingkat dasar di wilayah pedesaan sangat terdampak oleh berkurangnya jumlah anak yang memasuki usia sekolah. Sementara itu, delapan sekolah lainnya adalah sekolah menengah pertama (SMP) dan tiga sekolah menengah atas (SMA).

Data ini juga mengungkapkan bahwa kekurangan pendaftaran siswa baru menjadi masalah utama bagi sekolah dasar di daerah pedesaan. Banyak keluarga yang lebih memilih untuk pindah ke kota besar atau daerah yang lebih berkembang, mengurangi jumlah anak yang tinggal di wilayah pedesaan dan akhirnya menyebabkan sekolah-sekolah di sana tidak dapat bertahan.

Fenomena ini menggambarkan tantangan besar yang dihadapi oleh sistem pendidikan Korea Selatan, yang harus beradaptasi dengan penurunan angka kelahiran dan perubahan demografis yang semakin nyata. Penurunan jumlah anak usia sekolah bukan hanya mempengaruhi sektor pendidikan, tetapi juga berimplikasi pada berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi, baik di kota besar maupun di daerah pedesaan.