5 Fakta Menegangkan Proses Tim SAR Selamatkan Santri Ponpes Al Khoziny

Basarnas menyampaikan detail teknis upaya evakuasi korban
Sumber :
  • ANTARA

VIVA Tangerang – Operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) terhadap para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi sorotan publik. Tim gabungan harus menghadapi kondisi ekstrem di bawah reruntuhan bangunan mushalla yang ambruk pada Senin (29/9/2025) malam. Proses evakuasi berjalan penuh risiko, namun berhasil menyelamatkan sejumlah korban. Berikut lima fakta menarik di balik upaya heroik tersebut.

 


 

1. Tim SAR Merayap 3 Jam di Terowongan Sempit

 

Untuk mencapai titik lokasi para santri yang terjebak, tim SAR gabungan harus menggali lorong sempit berdiameter hanya 60 sentimeter dengan kedalaman sekitar 80 sentimeter. Petugas bekerja dalam posisi tengkurap dan merayap hingga tiga jam setiap shift. Kondisi ini membuat proses penyelamatan berlangsung sangat lambat, namun tetap harus dilakukan demi menjaga stabilitas bangunan yang rapuh.

 


 

2. Alat Berat Tidak Bisa Digunakan

 

Menurut Direktur Operasi Basarnas, Yudhi Bramantyo, penggunaan alat berat tidak memungkinkan karena struktur bangunan sangat rentan runtuh kembali. Getaran sekecil apa pun bisa memicu keruntuhan tambahan. Oleh karena itu, strategi yang dipilih adalah penggalian manual dengan hati-hati, meski membutuhkan waktu lebih lama.

 


 

3. Total 18 Santri Berhasil Dievakuasi

 

Hingga Rabu (1/10/2025) malam, operasi SAR sudah berhasil mengevakuasi 18 santri dari bawah reruntuhan. Dari jumlah tersebut, lima orang ditemukan selamat dan langsung dibawa ke RSUD Notopuro untuk mendapatkan perawatan intensif. Sayangnya, dua santri ditemukan meninggal dunia dan masih dalam proses identifikasi.

 


 

4. Operasi SAR Gabungan Libatkan Banyak Pihak

 

Proses penyelamatan tidak hanya dilakukan oleh Basarnas, tetapi juga melibatkan unsur TNI, Polri, BPBD, Palang Merah Indonesia (PMI), serta para relawan. Sinergi lintas lembaga ini menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi medan sulit dan memastikan setiap korban bisa segera ditemukan.

 


 

5. Risiko Tinggi Runtuhan Tambahan

 

Kondisi reruntuhan bangunan mushalla yang tidak stabil membuat setiap langkah petugas sangat berisiko. Menurut Basarnas, bahkan getaran kecil saja bisa memicu runtuhan baru. Oleh karena itu, evakuasi dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar keselamatan korban maupun personel tetap terjaga. (Antara)