Ibnu Sina: Bapak Kedokteran Modern dan Filsuf Ilmuwan yang Mengubah Dunia Ilmu Pengetahuan

Ilustrasi Ibnu Sina.
Sumber :
  • VIVA

2. Keseimbangan antara Akal dan Wahyu

Sebagai seorang pemikir Islam, Ibnu Sina juga berusaha menyelaraskan antara akal dan wahyu (pengetahuan yang datang dari Tuhan). Ia mengemukakan bahwa akal manusia memiliki kapasitas untuk memahami kebenaran tentang alam semesta, tetapi wahyu adalah sumber kebenaran tertinggi yang hanya dapat diterima dengan iman. Menurutnya, akal dan wahyu tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi dalam pencarian pengetahuan yang lebih tinggi.

Ibnu Sina dalam Ilmu Kimia dan Fisika

Selain dikenal di dunia medis, Ibnu Sina juga memiliki sumbangan besar dalam bidang kimia dan fisika. Ia sering kali dianggap sebagai pelopor dalam hal eksperimen ilmiah. Dalam karyanya Kitab al-Shifa, ia mengemukakan berbagai konsep tentang kimia yang mendahului waktu. Ia menulis tentang proses destilasi, penguapan, dan berbagai metode kimia yang baru pada saat itu.

Selain itu, Ibnu Sina juga menulis tentang prinsip-prinsip dasar fisika, khususnya mengenai gravitasi dan teori gerakan benda. Meski banyak dari teori fisika yang ia kemukakan bertentangan dengan pandangan ilmiah setelahnya, karya-karya Ibnu Sina tetap dihargai sebagai kontribusi awal yang penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Warisan dan Pengaruh Ibnu Sina dalam Ilmu Pengetahuan Modern

Karya Ibnu Sina sangat berpengaruh di dunia Barat, terutama selama Abad Pertengahan. Al-Qanun fi al-Tibb menjadi teks rujukan utama di universitas-universitas Eropa selama berabad-abad. Selain itu, karya-karyanya juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan digunakan sebagai referensi dalam pengajaran kedokteran di Eropa. Bahkan, Ibnu Sina sering kali dipelajari oleh dokter-dokter Eropa sebagai sumber utama pengetahuan kedokteran.