Ekonomi Antrean: Mengapa Orang Rela Bayar Lebih Mahal Demi Lewati Barisan Panjang
- Freepik
Tangerang – Fenomena antrean bukanlah hal baru dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari menunggu giliran membeli tiket konser, mengantre di restoran populer, hingga menunggu layanan transportasi, antrean kerap dianggap sebagai “biaya waktu” yang harus dibayar seseorang. Namun, dalam beberapa tahun terakhir muncul konsep ekonomi antrean, di mana orang rela membayar lebih mahal untuk melewati barisan panjang dan mendapatkan layanan lebih cepat.
Apa Itu Ekonomi Antrean?
Ekonomi antrean adalah konsep yang menjelaskan bagaimana nilai waktu seseorang bisa dikonversi menjadi harga. Dengan kata lain, orang yang tidak ingin membuang waktunya dalam antrean panjang dapat membayar lebih untuk mendapat prioritas layanan. Contohnya dapat dilihat pada layanan fast track bandara, tiket skip line di taman hiburan, atau VIP access di konser musik.
Bagi sebagian orang, waktu lebih berharga daripada uang. Itulah sebabnya muncul layanan tambahan yang menguntungkan dua pihak: konsumen mendapatkan kenyamanan, sementara penyedia jasa memperoleh pendapatan ekstra.
Mengapa Orang Rela Bayar Lebih Mahal?
Ada beberapa alasan psikologis dan praktis yang membuat orang bersedia mengeluarkan biaya tambahan:
Nilai waktu pribadi
Seorang eksekutif mungkin menilai satu jam waktunya setara dengan puluhan atau bahkan ratusan ribu rupiah. Dengan membayar ekstra untuk melewati antrean, mereka merasa “membeli waktu” agar bisa digunakan untuk hal lebih produktif.-
Pengalaman premium
Tidak sedikit orang yang ingin merasa istimewa. Dengan membayar lebih untuk akses prioritas, mereka mendapatkan sensasi eksklusivitas yang meningkatkan pengalaman. Menghindari stres dan ketidaknyamanan
Berjam-jam berdiri dalam antrian panjang bisa melelahkan dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Biaya tambahan untuk skip line dianggap sebagai investasi untuk kenyamanan.Faktor sosial
Ada juga yang rela membayar mahal karena ingin menunjukkan status sosial. Layanan prioritas sering kali dipersepsikan sebagai simbol prestise.