Bertahan di Tengah Krisis: Strategi Pivot Bisnis yang Efektif
- VIVA
VIVA Tangerang – Tak ada pebisnis yang menginginkan krisis. Tapi saat pandemi, inflasi tinggi, atau perubahan tren pasar menghantam, hanya satu hal yang menentukan: mampu beradaptasi atau tenggelam.
Di sinilah peran pivot bisnis menjadi kunci. Pivot bukan sekadar bertahan, tapi juga mengubah arah bisnis untuk menemukan model baru yang lebih cocok dengan kondisi saat ini.
Artikel ini akan membahas:
-
Apa itu pivot bisnis,
Tanda kamu perlu pivot,
-
Strategi yang bisa dilakukan,
Contoh nyata dari UMKM yang berhasil melakukannya.
Apa Itu Pivot Bisnis?
Pivot bisnis adalah proses mengubah model usaha, produk, atau strategi pemasaran secara signifikan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pasar atau konsumen yang berubah.
Contohnya:
Warung makan yang biasanya jualan offline, lalu beralih ke sistem online delivery.
Konveksi seragam kantor yang berganti produksi masker kain saat pandemi.
Tanda Kamu Perlu Melakukan Pivot
- Penjualan menurun drastis dalam waktu lama
- Perilaku konsumen berubah
- Kompetitor semakin banyak dan lebih relevan
- Produk/jasa tidak lagi sesuai kebutuhan pasar
- Biaya operasional terus membengkak
Jika kamu mengalami 2 atau lebih dari kondisi ini, mungkin saatnya mempertimbangkan pivot.
Jenis-Jenis Strategi Pivot yang Bisa Dilakukan
1. Pivot Produk
Ubah produk utama menjadi versi baru yang lebih relevan.
Contoh:
Dari baju pesta → baju rumah atau kaos santai saat pandemi.
2. Pivot Target Pasar
Alihkan fokus dari segmen A ke segmen B.
Contoh:
Dari klien korporat → ke perorangan karena kontrak proyek dihentikan.
3. Pivot Saluran Distribusi
Pindah dari offline ke online, atau dari pasar lokal ke marketplace.
Contoh:
Jualan dari toko fisik → ke TikTok Shop atau Shopee.
4. Pivot Model Bisnis
Ubah cara menghasilkan uang.
Contoh:
Dari jualan satuan → ke sistem langganan atau bundling.
Langkah-Langkah Pivot Bisnis yang Efektif
1. Analisis Situasi Bisnismu
Apa yang masih jalan, apa yang berhenti? Kenali kekuatan, kelemahan, dan peluang di sekitarmu.
2. Dengarkan Pelanggan
Tanya mereka lewat survei kecil:
Apa yang dibutuhkan sekarang? Apa yang mereka harapkan dari brand-mu?
3. Uji Coba Skala Kecil
Coba dulu dalam skala kecil. Misalnya, launching 1 produk baru ke 10 pelanggan setia. Lihat responsnya.
4. Komunikasikan Perubahan
Beritahu pelanggan secara jujur mengapa kamu berubah. Ceritakan perjuangan bisnismu dan ajak mereka tetap mendukung.
5. Ukur dan Evaluasi
Pantau hasil pivot. Apakah omzet naik? Apakah biaya berkurang? Evaluasi dan sesuaikan kembali jika perlu.
Contoh Nyata: UMKM yang Sukses Pivot
Warung Nasi "Bu Yani" (Surabaya)
Sebelum pandemi, omzet dari pelanggan kantor sangat tinggi. Saat WFH diberlakukan, warung sepi. Bu Yani kemudian bekerja sama dengan ojek online, membuat paket hemat, dan menjual via WhatsApp Group warga.
Hasilnya? Omzet naik lagi 70% dalam 2 bulan. Sekarang, sistem pesan antar jadi andalan meski kantor sudah aktif kembali.
Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Pivot
- Tidak riset terlebih dahulu
- Terlalu terburu-buru mengubah semuanya sekaligus
- Tidak melibatkan pelanggan dalam transisi
- Tidak membedakan antara ‘pivot’ dan ‘panik ubah arah’
Penutup
Pivot bukan tanda kegagalan—justru tanda kamu peka terhadap perubahan dan siap bertumbuh. Dunia bisnis selalu berubah. Mereka yang bertahan adalah mereka yang mau menyesuaikan diri.
Saat badai datang, kamu punya dua pilihan: berlindung… atau membuka layar baru dan melaju.