Apakah Anakmu Memiliki Empati atau Sekadar Sopan? Bedanya Penting!

Ilustrasi Keluarga
Sumber :
  • VIVA

Tangerang – Sebagai orang tua, kita tentu merasa bangga saat anak bersikap baik, menyapa orang dewasa dengan sopan, atau menawarkan bantuan. Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya: apakah itu murni dari empati, atau hanya sekadar kepatuhan terhadap norma kesopanan?

Kenapa Anak Tidak Butuh Orang Tua Sempurna, Tapi Butuh Orang Tua Bahagia?

Meski sekilas terlihat mirip, empati dan sopan santun sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda. Memahami perbedaan ini penting untuk mendukung perkembangan emosional anak secara lebih mendalam.

Sopan Santun: Tindakan yang Diajarkan

Kesopanan adalah perilaku sosial yang diajarkan sejak dini. Anak diajarkan untuk berkata “terima kasih”, “maaf”, atau “tolong” sebagai bentuk penghormatan terhadap orang lain. Sopan santun adalah kebiasaan yang bisa diajarkan dan ditiru. Anak bisa berlaku sopan karena ingin dipuji, karena takut dimarahi, atau karena terbiasa diajarkan demikian di rumah maupun sekolah.

Menikah Tanpa Resepsi Semakin Populer, Mengapa?

Namun, bersikap sopan tidak selalu mencerminkan pemahaman yang mendalam terhadap perasaan orang lain. Misalnya, anak mungkin mengatakan “maaf” setelah mendorong temannya, tapi belum tentu memahami bahwa temannya kesakitan atau sedih karena kejadian itu.

Empati: Kemampuan Memahami dan Merasakan

Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan meresponsnya dengan kepedulian. Anak yang berempati tidak hanya berkata “maaf”, tapi juga menunjukkan perhatian tulus, seperti bertanya apakah temannya baik-baik saja atau menawarkan bantuan secara spontan.

Barang Vintage Menjadi Tren, HP Jadul Kembali Diincar Anak Muda

Empati tidak muncul secara instan. Ia berkembang seiring waktu melalui hubungan emosional yang sehat, contoh dari orang dewasa, dan pembiasaan untuk mengenali emosi dalam diri sendiri dan orang lain.

Mengapa Penting Membedakan?

Jika kita hanya fokus mengajarkan kesopanan tanpa mengembangkan empati, anak mungkin tumbuh menjadi pribadi yang pintar bersandiwara secara sosial, tapi kurang peka terhadap perasaan orang lain. Sebaliknya, anak yang memiliki empati akan mampu membangun hubungan sosial yang lebih sehat dan berkelanjutan karena kepekaannya terhadap emosi sekitar.

Cara Mengasah Empati Anak

  1. Jadilah contoh nyata. Anak belajar dari sikap orang tuanya. Tunjukkan empati dalam interaksi sehari-hari, seperti membantu tetangga yang sedang kesusahan atau mendengarkan cerita anak tanpa menghakimi.

  2. Diskusikan perasaan. Ajak anak membicarakan perasaan yang mereka alami dan ajarkan untuk mengenali emosi orang lain. Tanyakan, “Menurutmu, bagaimana perasaan temanmu saat itu?”

  3. Gunakan cerita sebagai sarana. Buku cerita atau film anak bisa menjadi alat efektif untuk menumbuhkan empati. Bahas karakter dan perasaan mereka bersama anak.

  4. Berikan ruang untuk refleksi. Setelah anak mengalami konflik atau situasi sosial, ajak mereka merefleksikan apa yang terjadi dan bagaimana semua orang yang terlibat mungkin merasa.

Mengajarkan sopan santun memang penting, tapi jangan berhenti di sana. Pastikan juga anak Anda mengembangkan empati yang sejati. Dunia butuh lebih banyak orang yang tak hanya tahu cara bersikap baik, tapi juga benar-benar peduli.