Trump: Israel Harus Ambil Keputusan Soal Gaza Setelah Gagalnya Gencatan Senjata
- Arab News
Tangerang – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa Israel kini berada di titik krusial untuk mengambil langkah tegas terkait konflik di Gaza. Pernyataan ini disampaikannya pada Minggu (27/7), menyusul kegagalan negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Hamas.
Trump menyoroti bahwa Hamas memperlihatkan sikap keras kepala dalam proses pembebasan sandera. “Mereka tidak mau melepaskan para sandera, jadi Israel harus membuat keputusan penting,” ucapnya saat memberikan keterangan pers bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Skotlandia.
Meski enggan menyebutkan langkah yang akan ia ambil jika berada di posisi Israel, Trump mengatakan dirinya tahu arah tindakan yang tepat. Ia juga menambahkan bahwa kesepakatan dengan Hamas mungkin dapat dicapai bila ada pengurangan jumlah sandera. “Setelah mereka menyerahkan sandera, mereka merasa permainan sudah selesai,” katanya.
Trump juga menyinggung bantuan kemanusiaan dari AS ke Gaza. Ia mengklaim bahwa Amerika telah menyalurkan dana sebesar 60 juta dolar AS (sekitar Rp9,8 triliun) dua minggu sebelumnya untuk bantuan pangan. Namun, bantuan itu dinilai tidak mendapat pengakuan yang layak dari komunitas internasional. Ia menuduh Hamas telah mencuri sebagian besar bantuan tersebut untuk dijual kembali.
“Tanpa bantuan dari Amerika, banyak warga Gaza akan kelaparan. Masalahnya adalah, makanan itu sebagian besar dicuri oleh Hamas, lalu dijual,” kata Trump.
Lebih lanjut, Trump mendesak negara-negara lain untuk turut memberikan bantuan ke Gaza. Menurutnya, krisis kemanusiaan ini bukan semata-mata menjadi tanggung jawab Amerika Serikat, tetapi masalah global yang memerlukan perhatian bersama.
Sementara itu, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, mengumumkan bahwa delegasi AS akan ditarik kembali ke Washington, DC, karena sikap Hamas yang dianggap tidak konstruktif dalam proses perdamaian. AS kini mempertimbangkan opsi lain untuk menyelamatkan sandera dan menstabilkan kondisi di Gaza.
Sejak awal Maret, Israel menghentikan pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata serta pertukaran tahanan. Penutupan perbatasan dan pelarangan masuknya ratusan truk bantuan semakin memperburuk situasi di wilayah yang sudah lama terkepung itu.
Kampanye militer Israel di Gaza terus berlanjut sejak akhir 2023, mengakibatkan lebih dari 59.800 korban jiwa, mayoritas perempuan dan anak-anak. Krisis pangan dan meningkatnya angka kematian akibat kelaparan pun menjadi sorotan, terutama karena distribusi bantuan yang buruk oleh organisasi Gaza Humanitarian Foundation (GHF).
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Selain itu, Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait serangan brutalnya di Gaza yang kini telah memasuki tahun kedua.