Pengamat: Iran Menang Strategis dalam Perang 12 Hari Melawan Israel
- VIVA
Dengan mobilisasi rakyat yang kuat, Iran pun cepat dalam menggantikan tokoh-tokoh yang gugur dan melancarkan serangan balasan dalam waktu singkat. Kebangkitan pasca serangan tersebut, menurut Dina, menjadi bukti ketahanan peradaban Iran yang telah terbentuk selama ribuan tahun.
Kebijakan Luar Negeri Iran: Menolak Hegemoni dan Imperialisme
Lebih jauh, Dina menegaskan bahwa kekuatan Iran dalam konflik ini bukan hanya berasal dari aspek militer atau taktis, tetapi juga dari arah kebijakan luar negeri yang konsisten menolak dominasi asing, terutama hegemoni Amerika Serikat.
“Sejak revolusi 1979, Amerika diposisikan sebagai simbol imperialisme global. Hal ini tercermin dalam konstitusi Iran yang menolak segala bentuk dominasi asing, baik politik, budaya, maupun ekonomi,” paparnya.
Iran, menurut Dina, memegang teguh prinsip kedaulatan nasional dan penolakan terhadap infiltrasi asing, termasuk dalam bidang ekonomi. Dengan latar belakang inilah, Iran dinilai memiliki kekuatan ideologis dan strategis yang menjadi modal utama dalam menghadapi tekanan militer dari Israel dan sekutunya.
Iran Menang dalam Dimensi Non-Militer
Kemenangan strategis Iran yang dimaksud Dina tidak dilihat dari jumlah rudal atau wilayah yang direbut, melainkan dari kemampuan bertahan secara politik, ideologis, dan peradaban. Hal ini menjadi narasi kuat yang membedakan konflik ini dari sekadar aksi militer konvensional.