Jangan Gegabah! Dokter Tegaskan Obat Anti Diare Bisa Perparah Kondisi Anak saat Keracunan

Siswa korban keracunan MBG di Bandung Barat Selasa (23/9/2025)
Sumber :
  • ANTARA

VIVA Tangerang – Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Yogi Prawira, Sp.A, Subsp. ETIA(K) mengingatkan agar orang tua tidak sembarangan memberikan obat penyetop diare pada anak yang mengalami keracunan makanan.

Menurutnya, penggunaan obat anti diare justru bisa menghambat keluarnya racun dari tubuh. “Kalau obat ini diberikan, maka bakteri, toksin, atau zat berbahaya dari makanan-minuman yang terkontaminasi akan tertahan di dalam tubuh. Itu sebabnya obat anti diare tidak disarankan,” jelas Yogi dalam diskusi kesehatan daring di Jakarta, Kamis.

Yogi menegaskan, tubuh manusia memiliki mekanisme pertahanan alami. Ketika ada zat asing masuk melalui makanan atau minuman, tubuh akan bereaksi dengan mual, muntah, sakit perut, hingga buang air besar cair. Reaksi ini sebenarnya cara tubuh untuk membuang racun secara alami.

Jika obat anti diare diberikan, racun maupun bakteri justru terperangkap di dalam tubuh dan bisa menimbulkan akumulasi yang berbahaya bagi kesehatan anak. “Kalau pun harus diberikan, sebaiknya berdasarkan pertimbangan dokter. Jadi jangan asal memberi obat,” tambahnya.

Selain obat anti diare, Yogi juga menjelaskan mengenai penggunaan obat dengan kandungan karbon aktif. Obat ini memang dapat menyerap racun, namun hanya efektif bila diberikan dalam 1–2 jam setelah makanan terkontaminasi dikonsumsi. Lebih dari itu, efektivitasnya menurun.

Penggunaan karbon aktif juga tidak bisa sembarangan diberikan pada anak. Dosis dan pemakaiannya perlu disesuaikan dengan jenis racun, lama waktu sejak konsumsi, serta berat badan anak.

Untuk menangani anak yang mengalami keracunan, Yogi menyarankan agar orang tua tetap fokus menjaga asupan cairan. Cairan yang hilang akibat muntah dan diare dapat digantikan dengan air putih, oralit, atau cairan mengandung elektrolit.