Perempuan Adat di Lombok Utara Bangkit: Menjaga Anak-anak dari Kekerasan dan Perkawinan Anak

Forum Rembuk Perempuan di NTB
Sumber :
  • ist

Di tengah data yang membanjirkan rasa ngeri, hadir satu pertanyaan penting: mengapa suara komunitas lokal, khususnya perempuan adat, jarang dilibatkan dalam diskursus perlindungan

Rembuk Perempuan Adat yang digelar oleh Lakpesdam PWNU NTB dan Fatayat NU Lombok Utara, dengan dukungan Program INKLUSI (Australia–Bappenas), menjadi ruang kecil namun penting untuk menjawab pertanyaan itu.

Mengusung tema “Transformasi Gagasan Perempuan Adat untuk Perlindungan Perempuan dan Anak dari Potensi Kekerasan,” kegiatan ini digelar di Dusun Desa Beleq, Kamis, 31 Juli 2025.

Di forum ini, narasi tak hanya datang dari data, tetapi dari pengalaman hidup: bagaimana perempuan adat menjaga anak-anak mereka melalui relasi sosial yang kuat, bagaimana sistem kekerabatan berfungsi sebagai sistem pengasuhan, dan bagaimana nilai saling menghormati menjadi benteng terhadap kekerasan.



“Masyarakat adat memiliki sistem nilai yang selama ini terpinggirkan oleh pendekatan formal negara. Padahal mereka punya cara sendiri dalam melindungi perempuan dan anak,” ujar M. Jayadi, Field Koordinator Lakpesdam PWNU NTB.

Menurut Jayadi, kegiatan ini bukan semata-mata forum diskusi, melainkan bentuk pengakuan, bahwa suara perempuan adat adalah bagian dari pengetahuan kolektif bangsa ini, dan layak menjadi pijakan kebijakan publik.

Salah satu narasumber, Denda Suriasari dari Dewan AMAN Nasional (Damanas) Bali Nusra, menegaskan bahwa perlindungan perempuan tidak bisa dilepaskan dari konteks kultural komunitasnya.