Thriftpreneur: Peluang Usaha di Balik Tren Pakaian Bekas
- Freepik
Kedua, jeli memilih supplier. Banyak thriftpreneur mendatangkan barang dari pasar loak, flea market, atau import bundle dari luar negeri. Pastikan kondisi barang layak jual, tidak rusak parah, dan bisa dicuci bersih.
Ketiga, tentukan kanal penjualan. Saat ini, thrift shop tidak harus punya toko fisik. Penjualan lewat media sosial seperti Instagram atau TikTok Shop terbukti lebih efektif menjaring pembeli. Jangan lupa foto produk harus menarik, jujur sesuai kondisi barang, dan informatif.
Keempat, atur branding. Meskipun jualan baju bekas, kemasan dan pelayanan tetap harus profesional. Gunakan kemasan ramah lingkungan, sediakan kartu ucapan, atau diskon untuk repeat buyer agar pelanggan loyal.
Tips Sukses Jadi Thriftpreneur
- Baca Juga :Cara Menjadi Kaya Raya Meski Gaji Pas-pasan
Selektif dalam Quality Control
Barang bekas bukan berarti murahan. Semakin teliti memilih kualitas, semakin tinggi kepercayaan pembeli. Bangun Komunitas Pelanggan
Buat akun media sosial yang interaktif. Adakan lelang, live shopping, atau give away agar pelanggan merasa dekat.-
Transparan Soal Kondisi Barang
Sebutkan noda kecil atau defect agar pembeli tidak merasa tertipu. Konsisten Update Stok
Stok baru yang rutin membuat pelanggan rajin mampir dan berburu item.Ikuti Tren Fashion Vintage
Rajin riset tren yang sedang naik, misalnya tren Y2K, old school jacket, atau tote bag vintage.
Dengan strategi yang tepat, thriftpreneur bisa berkembang menjadi usaha skala besar. Bahkan banyak thrift shop yang kini merambah ke bazaar offline, membuka toko fisik, hingga menjual produk thrift ke luar negeri.
Intinya, bisnis pakaian bekas bukan sekadar trend musiman. Thrifting sudah menjadi gaya hidup generasi masa kini yang peduli harga, gaya, sekaligus kelestarian bumi. Tertarik terjun jadi thriftpreneur juga?