Efek Behavioral Economics pada Harga Diskon dan Promo
- Freepik
Tangerang – Dalam dunia bisnis modern, strategi pemasaran tidak hanya mengandalkan kualitas produk dan layanan, tetapi juga pemahaman tentang perilaku konsumen. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah behavioral economics atau ekonomi perilaku, yaitu studi tentang bagaimana faktor psikologis memengaruhi keputusan belanja seseorang. Konsep ini sangat relevan dalam penerapan harga diskon dan promo, yang terbukti mampu meningkatkan daya tarik produk dan mendorong pembelian.
Mengapa Diskon dan Promo Begitu Menarik?
Secara psikologis, konsumen cenderung merasakan kepuasan lebih saat membeli barang dengan harga diskon. Fenomena ini dikenal dengan istilah loss aversion, di mana seseorang lebih takut kehilangan kesempatan mendapatkan harga murah dibandingkan menunda pembelian. Dengan kata lain, konsumen merasa rugi jika tidak memanfaatkan promo yang tersedia, meskipun sebenarnya mereka tidak benar-benar membutuhkan produk tersebut.
Selain itu, adanya label seperti “Diskon 50%” atau “Beli 1 Gratis 1” menciptakan ilusi nilai tambah. Padahal, dalam banyak kasus, harga promo bisa jadi hanya trik pemasaran dengan menaikkan harga dasar lebih dulu sebelum diberi potongan. Namun demikian, konsumen tetap merasa puas karena persepsi psikologis bahwa mereka berhasil berhemat.
Efek Anchoring dalam Penentuan Harga
Salah satu prinsip behavioral economics yang sering digunakan adalah anchoring. Misalnya, jika sebuah produk awalnya ditawarkan dengan harga Rp500.000 lalu diberi diskon menjadi Rp299.000, konsumen akan membandingkan harga akhir dengan angka awal. Perbedaan tersebut menimbulkan kesan bahwa produk tersebut sangat murah, meskipun harga Rp299.000 sebenarnya bukanlah nilai terbaik di pasaran.
Strategi ini sering ditemukan di platform e-commerce dengan menampilkan harga coret (strike-through price) agar konsumen lebih terdorong melakukan pembelian.