Dropship vs Reseller: Mana yang Lebih Cepat Bikin Cuan?

Ilustrasi Bisnis.
Sumber :
  • VIVA

VIVA Tangerang – Banyak orang yang ingin memulai bisnis online tapi masih bingung memilih sistem yang tepat, apakah menjadi dropshipper atau reseller. Keduanya memang terlihat mirip karena sama-sama menjual produk tanpa harus memproduksi barang sendiri. Namun, perbedaan cara kerja, modal, dan potensi keuntungan sering kali menjadi pertimbangan penting. Pertanyaannya, mana yang sebenarnya lebih cepat bikin cuan: dropship atau reseller?

Harga Emas Pegadaian Awal Oktober 2025: Antam dan Galeri24 Naik, UBS Turun

Sistem dropship memungkinkan seseorang berjualan tanpa harus menyimpan stok barang. Tugas dropshipper hanya memasarkan produk dari supplier, kemudian ketika ada pembeli, supplier langsung mengirimkan barang ke alamat konsumen. Artinya, dropshipper tidak perlu modal besar untuk menyetok produk. Keuntungan utama dari dropship adalah risiko minim dan biaya awal yang sangat rendah, sehingga cocok untuk pemula. Namun, tantangannya adalah margin keuntungan biasanya lebih kecil karena harga produk sudah ditentukan oleh supplier. Selain itu, dropshipper tidak punya kendali penuh terhadap stok dan kualitas pengiriman, sehingga reputasi bisnis bisa terpengaruh.

Berbeda dengan dropship, sistem reseller mengharuskan penjual membeli stok barang terlebih dahulu dari supplier atau produsen. Produk kemudian dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Reseller biasanya mendapatkan harga grosir yang lebih murah, sehingga margin keuntungan bisa lebih besar dibanding dropship. Keuntungannya, reseller memiliki kontrol penuh terhadap kualitas produk, stok, dan pengemasan. Tapi di sisi lain, menjadi reseller membutuhkan modal lebih besar, ruang penyimpanan barang, serta risiko kerugian jika produk tidak laku terjual.

Harga Emas Pegadaian Hari Ini, Logam Mulia Antam Tembus Rp2,3 Juta per Gram

Jika dilihat dari segi kecepatan cuan, dropship bisa menjadi jalan pintas untuk segera memulai bisnis tanpa modal besar. Dalam hitungan hari, siapa pun bisa langsung membuka toko online dan mulai menjual produk. Namun, keuntungan yang didapat biasanya tipis dan butuh volume penjualan tinggi untuk menghasilkan penghasilan signifikan. Sedangkan menjadi reseller, meskipun membutuhkan modal lebih besar di awal, potensi keuntungan per produk jauh lebih tinggi. Dengan strategi marketing yang tepat, reseller bisa balik modal lebih cepat karena margin yang lebih besar.

Jadi, mana yang lebih cepat bikin cuan? Jawabannya tergantung pada kondisi dan tujuan bisnis masing-masing. Bagi pemula dengan modal terbatas, dropship adalah pilihan tepat untuk belajar dasar-dasar bisnis online tanpa risiko besar. Sementara itu, bagi mereka yang punya modal lebih dan ingin membangun brand dengan kontrol penuh, menjadi reseller bisa mendatangkan keuntungan lebih cepat dan berkelanjutan.

Investasi Saham Modal Minim? Ini Strategi Biar Aman dan Tetap Untung

Agar lebih maksimal, banyak pengusaha digital bahkan memulai dengan sistem dropship untuk menguji pasar, lalu beralih menjadi reseller ketika sudah memiliki pelanggan tetap. Strategi ini memungkinkan pelaku usaha untuk mengurangi risiko sekaligus meningkatkan profit jangka panjang.

Dengan perkembangan e-commerce dan media sosial, baik dropship maupun reseller sama-sama menjanjikan peluang besar. Kuncinya bukan hanya pada sistem yang dipilih, tetapi juga pada kreativitas, konsistensi, dan strategi pemasaran yang digunakan.