Al-Rumi: Penyair Sufi yang Menyentuh Jiwa dengan Cinta, Kebijaksanaan, dan Spiritualitas
- VIVA
VIVA Tangerang – Jalal ad-Din Muhammad al-Rumi, atau lebih dikenal sebagai Al-Rumi, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah spiritual dan sastra dunia. Sebagai seorang sufi, penyair, dan filsuf, ia menulis karya-karya yang tidak hanya mencerminkan kedalaman spiritualitasnya, tetapi juga memberikan pandangan yang luar biasa tentang cinta, kebijaksanaan, dan pencarian makna hidup. Karya-karyanya, yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dipelajari di seluruh dunia, memiliki dampak yang mendalam dalam mempengaruhi pemikiran filsafat, sastra, dan spiritualitas di berbagai belahan dunia, baik di dunia Islam maupun di luar dunia Muslim.
Latar Belakang Al-Rumi
Al-Rumi lahir pada tahun 1207 di Balkh, yang sekarang merupakan bagian dari Afghanistan, dalam sebuah keluarga terpelajar dan dihormati. Ayahnya, Baha' Walad, adalah seorang ulama dan sufi terkemuka yang juga merupakan seorang pelajar dan pengajar besar di dunia Islam. Karena kondisi politik yang tidak stabil di wilayahnya, keluarga Al-Rumi meninggalkan Balkh dan berimigrasi ke Konya (sekarang Turki), yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Seljuk.
Sejak usia muda, Al-Rumi terlibat dalam kehidupan intelektual yang mendalam, mengaji dengan berbagai ulama dan sufi, serta mengembangkan minat pada filsafat dan spiritualitas. Namun, perjalanan spiritualnya mencapai titik balik ketika ia bertemu dengan seorang guru sufi besar, Shams al-Tabrizi, pada usia 37 tahun. Pertemuan ini mengubah pandangan hidupnya dan mendorongnya untuk menggali lebih dalam tentang cinta ilahi dan pencarian makna sejati kehidupan.
Kehidupan Spiritual dan Transformasi Al-Rumi
Sebelum pertemuannya dengan Shams al-Tabrizi, Al-Rumi sudah dikenal sebagai seorang ulama dan pendakwah yang sangat dihormati, tetapi hidupnya sangat terikat pada studi ilmiah dan formalitas ajaran agama. Namun, pertemuan dengan Shams membuka cakrawala baru dalam dirinya. Shams tidak hanya menjadi seorang guru spiritual baginya, tetapi juga seorang sahabat yang membimbing Al-Rumi untuk lebih mengenal cinta ilahi dan mengalami hubungan langsung dengan Tuhan melalui cinta tanpa syarat.
Shams mengajarkan Al-Rumi bahwa cinta adalah jalan utama untuk memahami kebenaran ilahi, dan bahwa hanya dengan membebaskan diri dari keterikatan duniawi dan ego, seseorang bisa benar-benar menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang abadi. Hal ini membawa perubahan besar dalam kehidupan Al-Rumi, yang kemudian memulai perjalanan spiritual yang lebih mendalam dan intens, menggabungkan ajaran-ajaran mistisisme dengan ungkapan seni melalui puisi.