Mengenal Istilah 'FOMO' dan Dampaknya dalam Kehidupan Sosial Digital

Ilustrasi pengguna handphoe.
Sumber :
  • VIVA

VIVA Tangerang – Di era digital yang serba terhubung ini, kita sering mendengar berbagai istilah baru yang muncul akibat pengaruh teknologi dan media sosial. Salah satu istilah yang cukup populer dalam beberapa tahun terakhir adalah FOMO, yang merupakan singkatan dari "Fear of Missing Out." Istilah ini menggambarkan perasaan cemas atau takut bahwa kita akan ketinggalan momen penting atau pengalaman yang sedang terjadi di sekitar kita, khususnya yang terlihat di media sosial.

Rivalitas Abadi: Momen Tension pada Final Roland Garros antara Serena Williams dan Venus Williams

Pada dasarnya, FOMO bukanlah hal yang baru. Setiap orang tentu pernah merasakan kecemasan atau kekhawatiran ketika melihat teman-teman mereka melakukan sesuatu yang seru atau menguntungkan, sementara mereka sendiri merasa terabaikan. Namun, dengan berkembangnya media sosial, perasaan ini kini lebih mudah untuk dipicu dan semakin intens.

Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai FOMO, bagaimana istilah ini berkembang, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial digital kita.

Apa Itu FOMO?

Ramai Ziarah Kubur Jelang Bulan Puasa: Tradisi dan Makna Spiritual

FOMO adalah ketakutan atau kecemasan yang muncul ketika seseorang merasa terisolasi atau tidak terlibat dalam pengalaman sosial yang sedang terjadi, terutama yang terlihat di media sosial. Misalnya, saat seseorang melihat unggahan teman-temannya yang sedang berlibur, pergi ke konser, atau mengikuti tren terbaru, mereka merasa tertinggal dan mungkin mulai mempertanyakan mengapa mereka tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut.

FOMO dapat terjadi pada berbagai platform media sosial, seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok, yang memungkinkan kita untuk melihat aktivitas teman-teman atau orang-orang yang kita ikuti secara langsung dan seringkali dalam bentuk yang sangat idealis. Kebanyakan orang hanya membagikan momen terbaik dari hidup mereka, seperti liburan mewah, pencapaian besar, atau momen kebahagiaan, yang sering kali menciptakan kesan bahwa kehidupan mereka sempurna dan menyenangkan. Inilah yang kemudian memicu perasaan FOMO pada orang lain.

FOMO dan Pengaruh Media Sosial

Kemenangan Dramatis di Super Bowl LI: New England Patriots Mengalahkan Atlanta Falcons Setelah Tertinggal Jauh

Salah satu alasan FOMO semakin marak adalah karena keberadaan media sosial itu sendiri. Platform-platform ini dirancang untuk memperlihatkan momen-momen "terbaik" dari kehidupan seseorang, yang sering kali terlihat lebih menarik atau lebih menyenangkan daripada kenyataan sehari-hari. Pengguna media sosial sering kali merasa bahwa mereka harus terus mengikuti tren terbaru atau terlibat dalam aktivitas yang sedang viral agar tidak merasa tertinggal.

Dampak dari FOMO ini lebih intensif karena sifat media sosial yang bersifat real-time. Pengguna terus-menerus diberi pembaruan dari kehidupan orang lain, dengan notifikasi yang terus berdatangan, memberikan kesan bahwa kita harus selalu up-to-date dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Akibatnya, FOMO membuat banyak orang merasa tertekan, cemas, atau bahkan cemburu dengan apa yang orang lain lakukan.

Dampak FOMO dalam Kehidupan Sosial

  1. Kesehatan Mental Salah satu dampak terbesar dari FOMO adalah pengaruhnya terhadap kesehatan mental. Perasaan terus-menerus takut tertinggal dapat menyebabkan kecemasan, stres, dan bahkan depresi. Laporan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengalami FOMO cenderung lebih rentan terhadap perasaan kesepian, rendah diri, dan cemas. Kecemasan ini bisa semakin parah ketika mereka membandingkan kehidupan mereka dengan apa yang mereka lihat di media sosial, yang sering kali tidak mencerminkan kenyataan secara utuh.

  2. Kehidupan Sosial yang Terganggu FOMO juga dapat memengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain. Beberapa orang mungkin merasa tertekan untuk selalu terlibat dalam berbagai kegiatan atau menghadiri acara sosial hanya untuk menghindari perasaan tertinggal. Hal ini bisa menyebabkan kelelahan sosial dan mengurangi kualitas hubungan mereka dengan orang lain. Sebaliknya, beberapa orang mungkin lebih memilih untuk mengisolasi diri mereka agar terhindar dari tekanan sosial yang datang dengan FOMO.

  3. Keputusan Konsumtif dan Keuangan FOMO juga dapat mempengaruhi keputusan konsumtif seseorang. Banyak orang merasa terdorong untuk membeli barang atau mengikuti tren yang sedang viral hanya agar mereka tidak merasa tertinggal. Misalnya, jika teman-teman Anda membeli produk baru yang sedang populer atau pergi ke acara besar, Anda mungkin merasa terdorong untuk mengikuti jejak mereka meskipun itu tidak sesuai dengan anggaran Anda. Keputusan impulsif ini bisa berisiko menambah beban keuangan dan membuat seseorang merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki.

Mengatasi FOMO di Era Digital

Memahami bahwa FOMO adalah perasaan yang normal namun bisa merugikan, kita perlu menemukan cara untuk menghadapinya dengan bijak. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi dampak FOMO dalam kehidupan sosial digital:

  1. Kurangi Waktu di Media Sosial Salah satu cara terbaik untuk menghindari FOMO adalah dengan mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial. Menetapkan batasan waktu harian untuk membuka aplikasi atau mematikan notifikasi bisa membantu kita lebih fokus pada kehidupan nyata dan mengurangi perasaan cemas.

  2. Berfokus pada Diri Sendiri Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, penting untuk berfokus pada pencapaian dan kebahagiaan pribadi. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, dan tidak ada yang bisa menggantikan pengalaman hidup kita sendiri. Menetapkan tujuan pribadi yang realistis dan merayakan setiap kemajuan kecil dapat membantu kita merasa lebih puas dengan apa yang telah kita capai.

  3. Saring Informasi yang Diterima Perhatikan konten yang Anda konsumsi di media sosial. Pilih untuk mengikuti akun yang memberi inspirasi positif dan menghindari konten yang memicu perasaan cemas atau perbandingan sosial. Kita bisa memilih untuk membatasi diri dari melihat konten yang hanya menampilkan kehidupan "sempurna" dan lebih banyak melihat momen yang lebih realistis dan membumi.

  4. Jaga Keseimbangan Kehidupan Online dan Offline Meskipun media sosial bisa menjadi alat yang menyenangkan untuk tetap terhubung dengan teman dan keluarga, penting untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan kehidupan nyata. Luangkan waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan orang terdekat, melakukan aktivitas yang menyenangkan tanpa tekanan dari dunia maya, dan menikmati momen pribadi tanpa merasa harus membagikannya di media sosial.

FOMO adalah perasaan yang sangat nyata di dunia digital saat ini, namun penting untuk menyadari bahwa kehidupan di media sosial hanya mencerminkan sebagian kecil dari kehidupan seseorang. Sebagian besar waktu, apa yang kita lihat di platform seperti Instagram atau Facebook tidak menggambarkan kenyataan secara utuh.

Untuk menghindari dampak negatif dari FOMO, kita perlu menjaga keseimbangan, memfokuskan perhatian pada kebahagiaan dan pencapaian pribadi, serta memanfaatkan media sosial dengan bijak. Dengan cara ini, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat secara mental, lebih puas, dan lebih bahagia, baik di dunia digital maupun dunia nyata.