Toxic Masculinity Berbahaya Terhadap Kesehatan Mental Lelaki. Ini Ciri-cirinya!
- iStock
Tangerang – Toxic masculinity adalah suatu tekanan budaya bagi kaum lelaki untuk berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu. Istilah ini umumnya dikaitkan dengan nilai-nilai yang dianggap harus ada di dalam diri seorang lelaki, misalnya laki-laki harus menunjukkan kekuatan, kekuasaan, dan pantang mengekspresikan emosi.
Mungkin sering kita mendengar seseorang mengatakan "anak laki-laki nggak boleh cengeng?" atau "kamu kan laki-laki, harus kuat dong!". Meskipun kata-kata ini sering diucapkan untuk bisa memotivasi seseorang, ternyata hal tersebut justru termasuk dalam toxic masculinity.
Toxic masculinity justru bisa berdampak buruk bagi kehidupan sosial dan kesehatan mental lelaki. Dikutip Very Well Mind, lelaki yang secara aktif menghindari kerentanan, bertindak berdasarkan keyakinan homofobik, mengabaikan trauma pribadi, atau menunjukkan perilaku prasangka terhadap perempuan, hal ini berkontribusi pada banyak masalah sosial yang lebih besar, seperti kekerasan berbasis gender, kekerasan seksual, dan kekerasan senjata.
Dalam konsep toxic masculinity, emosi cenderung dinilai sebagai kelemahan dan kejantanan identik dikaitkan dengan kekuatan, ketangguhan, atau wibawa. Jadi, setiap lelaki harus mampu menyimpan emosi dalam situasi apa pun, khususnya kesedihan, dan bersikap dominan, seperti dalam adat patriarki.
Sikap toxic masculinity juga biasanya tampak melalui beberapa ciri berikut:
- Tidak menunjukkan emosi sedih dan mengeluh, serta menganggap bahwa lelaki hanya boleh mengekspresikan keberanian dan amarah
- Tidak membutuhkan kehangatan atau kenyamanan
- Tidak perlu menerima bantuan dan tidak boleh bergantung pada siapa pun
- Harus memiliki kekuasaan dan status sosial yang tinggi agar bisa dihormati oleh orang lain
- Berperilaku kasar dan agresif, serta mendominasi orang lain, khususnya perempuan
- Tendensi untuk bersikap misoginis
- Cenderung melakukan aktivitas seksual dengan kasar
- Menganggap “keren” kebiasaan yang tidak sehat, seperti merokok, minum minuman beralkohol, bahkan mengonsumsi obat-obatan terlarang
- Heteroseksisme dan homofobia
- Sikap toxic masculinity juga dapat tercermin dalam anggapan bahwa lelaki tidak boleh mengerjakan atau memiliki minat terhadap aktivitas yang identik dengan pekerjaan kaum hawa, misalnya memasak, menjahit, atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.