Mengasuh Anak Tanpa Perintah: Menerapkan Gaya Parenting Demokratis
Tangerang – Dalam pola asuh tradisional, orang tua sering dianggap sebagai ‘bos’ yang harus selalu dituruti. Setiap keputusan datang dari orang tua, sedangkan anak hanya mendengar, menuruti, dan tidak banyak bertanya. Padahal, pola asuh seperti ini bisa membuat anak tumbuh dengan rasa takut salah dan kurang percaya diri mengambil keputusan. Di sinilah gaya parenting demokratis bisa menjadi alternatif yang lebih sehat dan penuh respek.
Apa Itu Parenting Demokratis?
Parenting demokratis adalah pola asuh yang menekankan komunikasi dua arah. Orang tua tetap punya otoritas, tetapi anak juga diajak berdiskusi dan didengarkan pendapatnya. Tidak ada perintah sepihak yang kaku, tetapi ada kesepakatan bersama.
Gaya ini membuat anak merasa dihargai sebagai individu. Mereka belajar bahwa pendapatnya penting, sehingga tumbuh percaya diri dan terbiasa berpikir kritis.
Mengapa Perintah Sepihak Perlu Dikurangi?
Bagaimana Menghadapi Anak yang Pemalu dan Sulit Bersosialisasi
- -
Perintah memang kadang diperlukan, misalnya saat kondisi darurat. Tapi jika terlalu sering memerintah, anak bisa:
Merasa tidak punya kendali atas hidupnya.
Tidak belajar mengambil inisiatif.
Suka memberontak diam-diam.
Dengan mengurangi pola perintah dan menggantinya dengan arahan dan diskusi, orang tua membantu anak memahami alasan di balik suatu aturan, bukan sekadar patuh.
Contoh Situasi Parenting Demokratis
Menentukan Menu Makan
Daripada memaksa anak makan sayur tertentu, beri dua pilihan: “Mau brokoli atau bayam hari ini?” Anak tetap makan sayur, tapi merasa punya andil.Aturan Bermain Gadget
Diskusikan batas waktu screen time. Tanyakan pendapat anak, lalu sepakati jamnya bersama.Konflik dengan Teman
Alih-alih memarahi atau langsung menilai, ajak anak menceritakan versinya. Diskusikan bagaimana sebaiknya bersikap.
Tips Menerapkan Parenting Demokratis
Biasakan Mendengar
Jangan potong cerita anak meski terdengar sepele. Tahan keinginan langsung membetulkan atau menasehati.Gunakan Kalimat Afirmasi
Ganti kalimat perintah keras dengan kalimat ajakan. Misalnya: “Sekarang waktunya membereskan mainan, yuk kita kerjakan bareng.”Berikan Pilihan
Pilihan membuat anak merasa punya kontrol. Pilihannya tidak harus banyak, yang penting jelas.Tegas tetapi Fleksibel
Demokratis bukan berarti semua keinginan anak diikuti. Orang tua tetap jadi penentu batas.
Manfaat Jangka Panjang Parenting Demokratis
Anak tumbuh percaya diri dan berani berpendapat.
Terbiasa memecahkan masalah secara terbuka.
Hubungan orang tua dan anak lebih hangat, minim drama.
Anak belajar konsekuensi dari pilihannya.
Parenting demokratis bukan soal membebaskan anak sepenuhnya, melainkan mengajaknya menjadi mitra dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Anak merasa dihargai, orang tua pun tetap punya peran sebagai pendamping yang tegas. Dengan pola ini, rumah tangga bisa jauh dari teriakan perintah, berganti jadi ruang diskusi penuh respek. Siap mencobanya di rumah?