Rusia Siap Negosiasi Damai, Tapi Tetap Prioritaskan Kepentingan Sendiri
- ANTARA
Tangerang – Rusia kembali menegaskan kesiapannya untuk mencari jalan damai dengan Ukraina. Namun, Kremlin menekankan bahwa penyelesaian konflik hanya akan dilakukan jika sejalan dengan tujuan strategis Rusia sendiri. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam wawancara bersama media pemerintah pada Minggu (20/7).
Menurut Peskov, Presiden Vladimir Putin masih membuka pintu untuk menyelesaikan konflik secara diplomatis. "Putin telah berulang kali menyampaikan komitmennya untuk mencapai resolusi damai secepat mungkin," ujar Peskov. Meski begitu, ia menambahkan bahwa proses ini tidak mudah dan memerlukan banyak usaha.
Pihak Rusia tetap berpegang pada tiga tuntutan utama dalam negosiasi: penarikan pasukan Ukraina dari empat wilayah yang diklaim Rusia, penghentian langkah Ukraina menuju keanggotaan NATO, serta penghentian kehadiran militer NATO di kawasan tersebut.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa timnya telah mengajukan proposal untuk menggelar perundingan baru dengan Moskow dalam waktu dekat. Dalam pidato terbarunya pada Sabtu (19/7), Zelensky menyebut pentingnya menciptakan gencatan senjata demi keselamatan rakyat.
Di sisi lain, dukungan terhadap Ukraina terus berdatangan dari negara-negara Barat. Dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa AS siap mengirimkan bantuan militer kepada Ukraina melalui jalur NATO. Trump juga mengeluarkan peringatan keras terhadap Rusia: jika tidak ada gencatan senjata dalam 50 hari, maka Moskow akan dikenai tarif ekonomi yang sangat tinggi.
Namun, Kremlin menolak ultimatum tersebut mentah-mentah. Pemerintah Rusia menilai ancaman dari AS sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima dan tidak konstruktif dalam proses negosiasi damai.
Situasi ini menegaskan bahwa meski kedua pihak menunjukkan minat pada gencatan senjata, jalan menuju perdamaian masih dipenuhi dengan berbagai syarat dan tarik ulur kepentingan masing-masing. Dengan ketegangan yang belum menunjukkan tanda mereda, dunia terus menunggu apakah diplomasi dapat membawa perubahan signifikan dalam konflik berkepanjangan ini.