Krisis Kemanusiaan Gaza Memburuk: Staf PBB dan Anak-anak Kelaparan Akut
- ANTARA
Tangerang – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza kian memburuk. Laporan terbaru dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebutkan bahwa warga Gaza, termasuk staf mereka sendiri, mengalami pingsan massal akibat kelaparan ekstrem. Anak-anak, penyandang disabilitas, serta orang dewasa yang rentan, dilaporkan meninggal dunia karena kekurangan gizi parah.
“Bahkan staf kami ikut roboh karena lapar. Anak-anak dan orang dewasa kehilangan nyawa karena malnutrisi berat. Ini bukan bencana alam—mereka sengaja dibiarkan kelaparan,” ungkap UNRWA melalui pernyataan di platform X (dulu Twitter).
UNRWA juga mengungkapkan bahwa ribuan truk yang membawa bantuan kemanusiaan masih tertahan di negara tetangga. Truk-truk ini tidak bisa menembus Jalur Gaza karena izin masuk ditolak oleh otoritas Israel sejak Maret 2025. "Blokade ini harus segera dihentikan agar bantuan bisa masuk dan menyelamatkan nyawa," tegas mereka.
Kementerian Kesehatan di Gaza juga melaporkan bahwa sejak Oktober 2023, setidaknya 101 orang meninggal akibat kelaparan, termasuk 80 anak-anak. Dalam 24 jam terakhir, 15 warga Palestina—termasuk empat anak—dilaporkan meninggal karena tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup.
Sebelumnya, Kantor Media Pemerintah di Gaza telah memberikan peringatan keras pada Minggu lalu. Mereka menyebut wilayah tersebut berada di ambang kematian massal karena penutupan perbatasan yang sudah berlangsung lebih dari 140 hari berturut-turut.
Sejak awal Maret, Israel menunda implementasi kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan Hamas. Penundaan ini dibarengi dengan penutupan akses masuk ke Gaza, menyebabkan ribuan truk bantuan kemanusiaan tertahan tanpa kejelasan.
Kondisi ini memicu kekhawatiran komunitas internasional atas potensi genosida lewat kelaparan sistematis. Banyak pihak menyerukan agar tekanan internasional ditingkatkan agar akses bantuan segera dibuka, demi menyelamatkan warga sipil yang berada di ambang kematian.