Khamenei Tegaskan Hubungan Iran-AS Tak Bisa Diperbaiki

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Sumber :
  • ANTARA

Tangerang – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Minggu menegaskan bahwa tidak ada jalan damai untuk menyelesaikan perselisihan antara Teheran dan Washington. Ia menekankan bahwa Iran tidak akan pernah tunduk pada tekanan Amerika Serikat.

Iran Bantah Tuduhan Australia Terkait Serangan Anti-Yahudi

 

“Musuh telah gagal melemahkan Iran lewat peperangan,” ujar Khamenei dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah. Menurutnya, ketegangan panjang antara Iran dan AS berakar dari sikap agresif yang ditunjukkan Washington.

AS Rencanakan Aturan Baru: Visa Mahasiswa Asing dan Jurnalis Akan Dibatasi Masa Berlaku

 

Iran Serukan Persatuan Nasional

 

PBB Catat 36 Ribu Warga Gaza Mengungsi Sejak 14 Agustus

Khamenei juga menyinggung adanya upaya untuk menciptakan perpecahan di dalam negeri. Namun, ia menilai bahwa tekanan dari AS maupun Israel justru memperkuat persatuan nasional rakyat Iran. Ia menekankan pentingnya menjaga kekompakan internal untuk menghadapi ancaman eksternal.

 

“Agresi yang dilakukan Amerika dan Israel semakin memperdalam solidaritas rakyat Iran,” tegasnya.

 

Respons Keras terhadap Donald Trump

 

Pernyataan Khamenei muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, mendesak Teheran untuk menyerah terhadap tuntutan Washington. Menurut Khamenei, seruan itu dianggap sebagai penghinaan besar bagi rakyat Iran.

 

“Rakyat kami merasa sangat tersinggung oleh penghinaan semacam itu. Mereka akan berdiri tegak dengan seluruh kekuatan untuk melawan harapan palsu tersebut,” ungkapnya.

 

Memanasnya Hubungan Iran–AS

 

Ketegangan meningkat sejak Juni lalu ketika Trump menyerukan “penyerahan tanpa syarat” dari pihak Teheran. Situasi semakin memburuk setelah serangan Israel pada 13 Juni yang menargetkan situs militer, fasilitas nuklir, hingga menewaskan sejumlah komandan dan ilmuwan nuklir Iran.

 

Iran merespons dengan meluncurkan rudal dan drone, sementara Amerika membalas dengan membombardir tiga fasilitas nuklir Iran. Konflik sengit yang berlangsung selama 12 hari itu akhirnya berakhir pada 24 Juni setelah tercapai gencatan senjata yang dimediasi oleh Washington.