Fenomena Viral Bendera Tengkorak One Piece di Indonesia Jelang 17 Agustus

Bendera One Piece Berkibar.
Sumber :
  • VIVA

VIVA Tangerang – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025, media sosial dihebohkan oleh fenomena unik dan penuh tanda tanya: bendera berlogo tengkorak khas anime “One Piece, atau yang dikenal sebagai Jolly Roger bertopi jerami, tampak berkibar di berbagai titik—di depan rumah, kendaraan, hingga truk dan lokasi publik di seluruh Indonesia. Aksi ini langsung viral dan memicu beragam tanggapan dari publik, tokoh politik, hingga kalangan warganet.

Apa Makna di Balik Bendera Tengkorak One Piece yang Viral?

Titiek Soeharto: Prabowo Beri Abolisi dan Amnesti Setelah Pertimbangan Banyak Hal

Bendera Jolly Roger dalam serial One Piece adalah simbol khas para bajak laut—bukan sekadar ikon pemberontakan, tetapi juga representasi kebebasan, solidaritas, dan perlawanan terhadap penindasan atau otoritas yang dianggap tidak adil. Versi yang viral di Indonesia menampilkan tengkorak dengan topi jerami, identitas khas kru Monkey D. Luffy yang berjuang melawan sistem dunia yang mengekang. Banyak warga yang mengibarkan bendera ini mengaku bahwa aksi tersebut bukan berarti mereka tidak cinta tanah air, melainkan bentuk kritik dan ekspresi kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah belakangan ini.

Beberapa artikel dan unggahan menyebut pengibaran Jolly Roger sebagai bentuk “perlawanan rakyat” atau simbol aspirasi untuk perubahan—mengambil semangat fiksi bajak laut yang menolak tunduk pada ketidakadilan.

Prabowo Minta Lebih Banyak Bandara Internasional Dibuka di Daerah

Komik One Piece

Photo :
  • Google.com


Persebaran di Berbagai Daerah: Dari Jakarta sampai Papua

IHSG Akhir Pekan Menguat di Tengah Tekanan Bursa Asia, Infrastruktur Jadi Pendorong Utama

Fenomena ini tidak terbatas di satu kota. Laporan dan unggahan visual menunjukkan bendera tengkorak One Piece berkibar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di ibu kota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan, Bali, hingga wilayah timur seperti Papua. Pengibaran tampak di depan rumah-rumah warga, di truk pengangkut, hingga kendaraan pribadi—kadang dipasang berdampingan dengan bendera merah putih.

Video dan unggahan Instagram serta Facebook merekam momen-momen itu, beberapa di antaranya menjadi viral karena kontras dengan nuansa kemerdekaan yang biasanya sarat dengan merah putih.

Reaksi Politik: DPR Soroti dan Sebut Potensi Pemecah Belah

Fenomena pengibaran bendera One Piece tak luput dari perhatian pejabat. Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyoroti adanya laporan intelijen terkait dugaan upaya yang bisa berpotensi memecah belah bangsa melalui aksi-aksi simbolik seperti ini. Ia menilai, di tengah percepatan perkembangan Indonesia, selalu ada pihak yang tidak senang dan mencoba menyampaikan pesan melalui bentuk-bentuk ekspresi simbolik yang bisa ditafsirkan berbeda oleh publik.

Pengritikan semacam ini menambah lapisan kontroversi: apakah pengibaran Jolly Roger adalah kebebasan berekspresi yang sah sebagai bentuk kritik, atau ada motif lebih luas yang harus diwaspadai dari sisi integritas nasional menjelang momentum kebangsaan?


Tanggapan Publik: Pro, Kontra, dan Interpretasi Beragam

Di jagat maya, reaksi terhadap bendera tengkorak One Piece terbagi. Sebagian netizen memandangnya sebagai simbol kreatif dari kekecewaan rakyat, menyebutnya cara baru menyuarakan aspirasi tanpa harus turun ke jalan. Sementara sebagian lain menganggapnya tidak pantas menjelang momen sakral kemerdekaan, karena “mengganggu” nuansa persatuan merah putih.

Ada juga pengguna media sosial yang mencoba menjelaskan konteks fiksi dari One Piece, merinci bahwa Jolly Roger merepresentasikan keberanian melawan ketidakadilan dan telah diadopsi secara modifikasi sebagai bahasa simbolik baru di ruang publik.


Analisis: Simbolisme, Kebebasan Ekspresi, dan Batasnya

Pengibaran bendera bajak laut semacam ini di momen nasional menimbulkan pertanyaan mendasar: sejauh mana simbol dari budaya pop bisa berfungsi sebagai medium politik? Indonesia memiliki tradisi panjang dalam menggunakan simbol sebagai bentuk kritik—dari seni hingga gerakan sosial. Namun ketika simbol seperti Jolly Roger berkaitan dengan identitas nasional menjelang perayaan kemerdekaan, batas antara “kritik sehat” dan “provokasi” menjadi tipis.

Beberapa pengamat menilai bahwa fenomena ini mencerminkan krisis narasi: masyarakat mencari simbol baru yang lebih mudah dipahami dan viral untuk menyampaikan ketidakpuasan, sementara institusi negara masih beradaptasi membaca pesan-pesan tersebut tanpa langsung mengkriminalisasi.


Potensi Dampak dan Respons Pemerintah ke Depan

Menjelang Hari Kemerdekaan, momentum ini bisa menjadi peluang untuk membuka dialog: Apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh masyarakat yang mengibarkan bendera tersebut? Apakah hanya bentuk estetika viral, atau ada keluhan struktural yang belum dijawab? Pemerintah dan lembaga legislatif dihadapkan pada dua pilihan: menanggapi dengan pendekatan keamanan dan kecaman, atau mencoba menyaring pesan di balik simbol untuk memperbaiki komunikasi publik.

Sejumlah pihak juga mengingatkan agar tidak ada tindakan represif berlebihan terhadap warga yang memasang bendera tersebut, selama tidak melanggar hukum. Ruang dialog dan klarifikasi bisa meredam potensi eskalasi di tengah atmosfer nasionalisme.