Ibu di Bandung Tewas Gantung Diri dan Diduga Racuni Dua Anaknya, Tinggalkan Surat Wasiat

Isi surat wasiat ibu yang nekat akhiri hidup di Bandung
Sumber :
  • instagram.com/bandungterkini

VIVA Tangerang – Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) mengonfirmasi peristiwa memilukan yang terjadi di Banjaran, Kabupaten Bandung, pada Jumat (5/9). Seorang ibu berinisial EN ditemukan tewas gantung diri, sementara dua anaknya yang masih kecil diduga menjadi korban racun.

Pro Kontra Isu Raffi Ahmad Jadi Menpora, Netizen Nilai Denny Sumargo Lebih Pantas

Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, membenarkan adanya insiden tersebut. “Benar, ada kejadian itu,” ujarnya saat dikonfirmasi di Bandung.

Menurut Hendra, kedua anak yang meninggal masing-masing berusia 11 bulan dan 9 tahun. Dugaan sementara, keduanya diracun oleh ibunya sebelum sang ibu mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di pintu kamar. “Diduga bunuh diri, di lokasi juga ditemukan surat wasiat,” tambahnya.

Penyelidikan Masih Berlanjut

Ungkap Dana Rp425 Triliun Tertahan di BI, Menkeu Purbaya: Inilah Alasan Orang Sulit Cari Kerja

Saat ini, tim penyidik kepolisian masih melakukan pemeriksaan mendalam di tempat kejadian perkara (TKP). Polisi berupaya mengungkap motif di balik tindakan nekat sang ibu yang mengorbankan diri dan anak-anaknya.

Dalam dokumentasi yang diterima, terlihat korban EN tergantung di pintu kamar, sementara kedua anaknya ditemukan tergeletak tak bernyawa di dalam rumah.

Menkeu Purbaya Larang Putranya Gunakan Instagram Usai Unggahan Kontroversial

“Anggota masih dalam perjalanan ke lokasi untuk melakukan penyelidikan lanjutan,” jelas Hendra.

Selain jasad korban, polisi juga menemukan surat wasiat yang ditulis dalam bahasa Sunda. Surat itu kini dijadikan barang bukti untuk membantu proses investigasi.

Berikut isi surat tersebut dalam bahasa Sunda beserta terjemahannya:

 

Versi Sunda:

 

Mamah, bapa, ema, bapa, teteh, aa sadayana hampura abi, hampura abi ngalakukeun kieu.

 

 

Abi tos cape lahir batin, abi tos teu kuat ngajalani hirup kieu, abi cape hirup ngagugulung hutang nu euweuh beresna, kalah beuki nambahan beuki dieu teh. Bari abi te apal hutang ka saha wae, sabaraha atawa urut naon…

 

Abi cape boga salaki gede bohong wae teh, euweuh sadarna. Abi cape dinyerihatekeun wae teh, puguh ning ku batur geus dikucilkeun, pada ngomongkeun, pada mikangewa bari jeung teu ramasa salah.

 

Boga salaki kalah hayoh we gede bohong jeung gede hutang, CAPEEEEEEEEEEEEE sugan abi jeung budak geus maot mah aya sadarna, mun henteu sadar ge keun bae nu penting teu nyangsarakeun ka budak abi.

 

Era karunya ngahesekeun wae lanceuk + kolot teh, abi geus eweuh mah moal ngahesekeun wae.

 

Hampura abi teu bisa mulang tarima ka kolot jeung lanceuk-lanceuk.

 

 

Terjemahan bahasa Indonesia:

 

 

Mama, bapak, ibu, teteh, aa, semuanya maafkan saya, maafkan saya melakukan hal ini.

 

Saya sudah lelah lahir batin, saya sudah tidak kuat menjalani hidup seperti ini. Saya lelah hidup terhimpit utang yang tidak ada habisnya, malah semakin lama semakin bertambah. Sementara saya sendiri tidak tahu utang ke siapa saja, berapa jumlahnya, atau dari mana asalnya…

 

Saya lelah punya suami yang hanya besar omongan dan penuh kebohongan, tidak ada kesadarannya. Saya lelah terus disakiti, padahal orang lain sudah mengucilkan, banyak yang membicarakan, banyak yang merasa jijik, sementara saya sendiri merasa tidak salah.

 

Punya suami malah semakin banyak bohong dan utang, CAPEEEEEEEEEEEEE. Saya pikir kalau saya dan anak sudah mati, mungkin dia baru sadar. Kalau pun tidak sadar ya biarlah, yang penting tidak menyengsarakan anak saya.

 

Saya malu dan kasihan terus merepotkan kakak dan orang tua. Kalau saya sudah tidak ada, setidaknya tidak akan terus merepotkan.

 

 

 

Maafkan saya karena tidak bisa membalas budi kepada orang tua dan kakak-kakak.