Dampak Memanggil Anak dengan Panggilan Negatif: Sepele Tapi Bisa Tinggalkan Luka

Membangun Rasa Percaya Diri Anak Sejak Dini
Sumber :

Tangerang – Pernah mendengar orang tua memanggil anaknya dengan sebutan seperti “bandel”, “nakal”, “pemalas”, atau “bodoh”? Bagi sebagian orang tua, hal ini dianggap hal biasa, bahkan sebagai “panggilan sayang”. Padahal, memanggil anak dengan panggilan negatif bisa berdampak panjang pada tumbuh kembangnya, lho!

Pentingnya Mengajarkan Penolakan Halus pada Anak

Tanpa disadari, kata-kata yang diucapkan orang tua bisa membentuk cara anak memandang dirinya sendiri. Yuk, pahami apa saja dampak buruknya agar kita lebih bijak saat berbicara pada anak.


Kenapa Sebutan Negatif Berbahaya?

Anak-anak masih dalam tahap membangun konsep diri. Ketika orang tua berulang kali menempelkan label negatif, anak akan mempercayai hal itu sebagai “identitasnya”. Kata-kata orang tua adalah “kitab suci” bagi anak. Jadi, sekadar panggilan seperti “nakal” atau “pemalas” bisa melekat di pikirannya.


Dampak Buruk Memanggil Anak dengan Panggilan Negatif

Ide Family Date Hemat Tapi Berkesan: Keluarga Hangat Tak Harus Mahal

Berikut beberapa dampak yang sering terjadi:

1. Anak Merasa Tidak Dicintai

Panggilan negatif membuat anak merasa diterima hanya jika dia “baik” menurut standar orang tua. Kalau tidak, dia merasa tidak layak dicintai. Lama-lama, anak bisa merasa tidak berharga.


2. Merusak Rasa Percaya Diri

Bahaya Sibling Rivalry Jika Dibiarkan Terus-Menerus

Anak yang sering dilabeli “bodoh” akan ragu dengan kemampuannya sendiri. Dia tumbuh minder, takut mencoba hal baru karena merasa akan gagal. Ini bisa memengaruhi prestasi belajar maupun kemampuan bersosialisasi.


3. Anak Bisa Melakukan “Self-Fulfilling Prophecy”

Anak yang sering dibilang “nakal” bisa berpikir, “Ya sudah, aku memang nakal.” Alih-alih berubah, ia justru akan membuktikan label itu dengan perilaku yang makin sulit diatur. Inilah yang disebut ramalan yang menggenapi dirinya sendiri.


4. Tumbuh dengan Luka Batin

Kata-kata negatif yang diulang terus-menerus bisa menjadi trauma. Luka batin ini bisa terbawa hingga dewasa, memengaruhi kepribadian, hubungan dengan orang lain, bahkan pola asuhnya kelak.


Panggilan Negatif yang Sering Tidak Disadari

Beberapa contoh kata yang kelihatannya “biasa”, padahal bisa berdampak buruk:

  • “Kamu memang nakal banget sih!”

  • “Dasar pemalas, nggak bisa diandalkan.”

  • “Kamu nggak pinter, sih. Makanya gagal.”

  • “Kok nggak bisa nurut sama sekali, bodoh banget, ya?”

Hati-hati! Sekali terucap, kata-kata ini bisa membekas di hati anak.


Lalu, Bagaimana Sebaiknya?

Ganti dengan panggilan positif.
Sebisa mungkin, panggil anak dengan namanya atau panggilan sayang. Hindari label.

Fokus pada perilaku, bukan sifat.
Kalau anak melakukan kesalahan, komentari perilakunya, bukan menjatuhkan harga dirinya. Misalnya: “Mama nggak suka kalau kamu berantakan, yuk kita rapikan sama-sama.”

Berikan contoh kata-kata yang membangun.
Pujilah usaha anak, bukan hanya hasil. Anak merasa dihargai, termotivasi untuk belajar lebih baik.

Jaga emosi orang tua.
Kadang panggilan negatif muncul karena orang tua lelah atau emosi. Ambil jeda sejenak sebelum bicara.


Memanggil anak dengan sebutan negatif mungkin terdengar sepele, tapi dampaknya bisa membekas seumur hidup. Kata-kata orang tua adalah doa. Jadi, pastikan setiap kata yang terucap membangun rasa percaya diri, bukan meruntuhkannya.

Yuk, mulai belajar mengubah kata-kata kita menjadi lebih positif. Anak yang tumbuh dengan kata-kata baik akan menjadi pribadi yang lebih percaya diri, bahagia, dan punya mental yang sehat!