Cara Mengelola Emosi Orang Tua saat Menghadapi Anak Tantrum
VIVA Tangerang – Tantrum adalah salah satu fase yang hampir pasti dialami anak, terutama pada usia balita. Menangis keras, berteriak, membanting barang, hingga berguling di lantai adalah bentuk ekspresi emosi anak ketika mereka belum mampu mengungkapkan keinginan dengan kata-kata. Namun, di sisi lain, tantrum sering kali memicu emosi orang tua. Tidak jarang, orang tua kehilangan kesabaran, membentak, bahkan ikut marah. Padahal, cara terbaik menghadapi tantrum justru dimulai dari kemampuan orang tua dalam mengelola emosinya sendiri.
Mengapa orang tua mudah terpancing emosi? Faktor utamanya adalah rasa lelah, stres, hingga tekanan sosial saat anak tantrum di tempat umum. Banyak orang tua merasa malu, takut dihakimi, atau bingung harus berbuat apa. Kondisi ini wajar, tetapi bila dibiarkan, anak justru akan meniru cara orang tua melampiaskan emosi. Maka, mengelola perasaan adalah kunci penting agar tantrum tidak menjadi konflik berkepanjangan.
Salah satu cara efektif adalah menarik napas dalam-dalam sebelum merespons. Saat orang tua menenangkan diri sejenak, tubuh mengirim sinyal untuk meredakan stres. Setelah lebih tenang, orang tua bisa lebih fokus melihat penyebab tantrum. Apakah anak lapar, lelah, atau sekadar ingin diperhatikan? Dengan memahami akar masalah, reaksi orang tua akan lebih bijak.
Selain itu, penting untuk menurunkan ekspektasi. Anak kecil belum memiliki kendali emosi yang matang. Menuntut mereka selalu tenang hanya akan membuat orang tua frustrasi. Justru, orang tua perlu menjadi contoh nyata bagaimana cara mengendalikan amarah. Misalnya, ketika anak berteriak, orang tua bisa merespons dengan suara rendah dan penuh empati. Sikap ini memberi sinyal bahwa emosi bisa disalurkan tanpa teriak atau marah.
Mengalihkan perhatian juga bisa menjadi strategi. Saat tantrum mulai memanas, ajak anak melihat sesuatu yang menarik atau berikan aktivitas yang mereka sukai. Namun, hindari memberikan hadiah berlebihan setiap kali anak marah, karena hal ini bisa membuat mereka tantrum untuk mendapatkan sesuatu.
Orang tua juga sebaiknya mencari dukungan. Bercerita dengan pasangan, keluarga, atau komunitas parenting dapat membantu meredakan rasa stres. Dengan berbagi pengalaman, orang tua tidak merasa sendiri dan bisa mendapatkan solusi baru.
Penting diingat, tantrum adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak. Namun, bila tantrum terjadi sangat sering, intens, atau sulit dikendalikan hingga melukai diri sendiri maupun orang lain, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahli, seperti psikolog anak.