5 Fakta Menarik dan Jarang Diketahui Tentang Negara Nauru: Kaya Raya Berkat Kotoran Burung
- VIVA
VIVA Tangerang – Nauru mungkin terdengar asing di telinga banyak orang, tetapi negara kecil ini menyimpan cerita yang luar biasa—mulai dari kejayaan ekonomi yang melambung drastis hingga kejatuhan finansial yang dramatis. Terletak di Samudra Pasifik, Nauru adalah negara republik independen terkecil di dunia yang pernah merajai perekonomian global dalam satu dekade, hanya untuk terjerembap dalam jurang kemiskinan tak lama kemudian.
Berikut ini 5 fakta menarik dan jarang diketahui tentang negara Nauru yang bisa membuat siapa pun tercengang:
1. Dulu Negara Terkaya di Dunia Berkat Kotoran Burung
Tak banyak yang tahu bahwa pada era 1970-an hingga awal 1980-an, Nauru adalah salah satu negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia. Sumber kekayaannya? Fosfat.
Fosfat di Nauru terbentuk dari penumpukan kotoran burung laut (guano) selama ribuan tahun. Material ini sangat kaya akan unsur hara, menjadikannya komoditas pertanian yang sangat dicari. Saat fosfat diekspor besar-besaran ke Australia, Selandia Baru, dan Eropa, pemerintah Nauru meraup keuntungan luar biasa.
Pendapatan fosfat membuat masyarakatnya hidup mewah: rumah-rumah megah, mobil-mobil mahal, dan bahkan investasi properti di Australia. Negara ini bahkan sempat membeli gedung pencakar langit di Melbourne, yang dikenal sebagai “Nauru House”.
2. Negara Kecil Tanpa Ibu Kota Resmi
Fakta unik lainnya, Nauru tidak memiliki ibu kota resmi. Luas wilayahnya yang hanya sekitar 21 kilometer persegi membuat seluruh negara terasa seperti satu kota besar.
Namun, pusat pemerintahan berada di daerah bernama Yaren, yang sering dianggap sebagai “ibu kota de facto” Nauru. Di sana terdapat kantor parlemen, bandara, sekolah, dan fasilitas administratif lainnya.
3. Sempat Bangkrut dan Kehabisan Fosfat
Meski pernah berjaya, keuangan Nauru akhirnya kolaps. Pada 1990-an, deposit fosfat mulai habis, sementara manajemen keuangan negara sangat buruk. Mereka gagal melakukan diversifikasi ekonomi, dan kekayaan yang dulu mengalir deras dihambur-hamburkan untuk proyek ambisius dan gaya hidup mewah.
Investasi luar negeri mereka juga berujung rugi. Bahkan, Nauru terpaksa menjual aset-aset internasional dan mengandalkan bantuan luar negeri, terutama dari Australia.
Kondisi ini menjadi contoh klasik bagaimana sumber daya alam tanpa pengelolaan berkelanjutan dapat menjadi pedang bermata dua.
4. Tingkat Obesitas dan Diabetes Tertinggi di Dunia
Dampak dari kemakmuran yang berlebihan pada masa lalu adalah kebiasaan makan yang tidak sehat. Nauru tercatat sebagai negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia.
Menurut WHO, sekitar 94% pria dan 93% wanita di Nauru mengalami kelebihan berat badan. Hal ini juga membuat negara ini memiliki salah satu tingkat diabetes tertinggi secara global, yaitu lebih dari 40% populasi dewasa.
Pola makan berbasis makanan cepat saji dan makanan kaleng (karena ketergantungan pada impor) menjadi penyebab utama, terutama setelah produksi pangan lokal menurun seiring degradasi lingkungan akibat penambangan fosfat.
5. Menjadi Pusat Penahanan Imigran Australia
Dalam upaya mengatasi imigrasi ilegal, pemerintah Australia menjalin kerja sama kontroversial dengan Nauru untuk mendirikan pusat penahanan pengungsi.
Sejak 2001, Nauru menjadi lokasi penahanan para imigran gelap yang berusaha masuk ke Australia lewat jalur laut. Program ini dikenal sebagai bagian dari “Pacific Solution”, dan meskipun memberikan pemasukan ekonomi bagi Nauru, juga mengundang kritik dari komunitas internasional karena dianggap melanggar hak asasi manusia.
Banyak laporan menyebutkan kondisi kamp yang buruk, perlakuan tidak manusiawi, serta tekanan mental yang tinggi bagi para pengungsi—terutama anak-anak.
Negara Kecil, Kisah Besar
Nauru adalah contoh ekstrem dari kemakmuran yang berubah menjadi kejatuhan, akibat eksploitasi sumber daya alam tanpa visi jangka panjang. Meski kecil, cerita negara ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya pengelolaan ekonomi yang bijak, ketahanan pangan, dan diversifikasi ekonomi.
Hari ini, Nauru masih berjuang bangkit dari bayang-bayang masa lalu. Namun, dunia akan terus mengingatnya sebagai “negara yang pernah menjadi paling kaya di dunia karena kotoran burung, dan bangkrut karena keserakahan manusia”.