AS Ancam India dengan Tarif Tambahan Gara-gara Masih Beli Minyak dari Rusia
- VIVA
Pekan lalu, Trump menandatangani perintah eksekutif yang membuka jalan bagi tarif tinggi terhadap mitra dagang AS, termasuk India. Ia menetapkan tarif dasar sebesar 25 persen terhadap berbagai produk India dan menyebut akan ada “penalti tambahan” jika India tetap tidak berubah sikap.
India sebelumnya dianggap sebagai salah satu negara yang berpeluang besar menandatangani kesepakatan dagang strategis dengan AS. Namun, berbeda dengan Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa, India belum juga meneken kesepakatan perdagangan resmi hingga tenggat waktu berakhir pada Jumat lalu.
Hal itu semakin memperkeruh hubungan dagang kedua negara, yang selama ini berjalan dalam dinamika naik turun.
India: Tindakan AS Tidak Beralasan
Menanggapi langkah keras dari Washington, Kementerian Luar Negeri India menilai keputusan Presiden AS itu sebagai tindakan yang tidak adil.
“Langkah Presiden Trump tak dapat dibenarkan dan tak beralasan,” tegas pernyataan resmi Kemlu India pada Senin malam.
India juga mengingatkan bahwa Amerika Serikat sendiri masih mengimpor sejumlah produk dari Rusia, seperti uranium heksafluorida untuk industri nuklir, bahan kimia, dan produk pupuk. Hal itu dinilai sebagai standar ganda oleh pemerintah India.