Krisis Tempat Tinggal Mengancam Warga Palestina di Jalur Gaza
- Arab News
VIVA Tangerang – Jalur Gaza, sebuah wilayah yang sudah lama dilanda ketegangan dan konflik, kini menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk. Warga Palestina yang terpaksa mengungsi akibat agresi militer Israel kini dilanda kesulitan besar dalam menemukan tempat tinggal yang layak. Menurut laporan terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza pada Minggu, 2 Maret 2025, kelangkaan tempat tinggal dan bantuan yang memadai menjadi masalah utama yang dihadapi oleh pengungsi.
Salama Maarouf, Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, mengungkapkan bahwa bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Pada tahap pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas, hanya sekitar 75 persen dari jumlah bantuan yang diharapkan berhasil masuk ke wilayah yang terkepung ini. Salah satu bentuk bantuan yang sangat dibutuhkan adalah tenda untuk tempat tinggal sementara, dengan Gaza yang membutuhkan sekitar 200.000 tenda. Namun, jumlah tenda yang berhasil dikirimkan jauh dari jumlah yang dibutuhkan, yakni hanya sebagian kecil dari itu.
Selain tenda, Gaza juga sangat kekurangan rumah mobil, yang merupakan tempat tinggal sementara bagi banyak pengungsi. Dari kebutuhan 60.000 unit rumah mobil, hanya sekitar 15 unit yang berhasil tiba di Gaza. Krisis ini semakin memperburuk kondisi hidup para pengungsi yang kehilangan rumah mereka akibat serangan militer yang dahsyat. Tidak hanya itu, Gaza juga kekurangan barang-barang vital lainnya, seperti genset, baterai, sistem tenaga surya, dan alat berat yang sangat dibutuhkan untuk mendukung upaya rekonstruksi pascakonflik.
Maarouf juga menambahkan bahwa Gaza membutuhkan sekitar 500 kendaraan untuk mendukung bantuan dan rekonstruksi. Namun, sejauh ini hanya sembilan buldoser yang berhasil masuk ke wilayah tersebut sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata. Tanpa alat berat yang cukup, upaya rekonstruksi akan sangat terbatas dan mempersulit pemulihan daerah-daerah yang hancur akibat serangan.
Pada Minggu pagi, beberapa jam setelah fase pertama perjanjian gencatan senjata berakhir, Israel menghentikan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza, menambah beban penderitaan yang sudah sangat dirasakan oleh warga Palestina. Gencatan senjata sementara ini menghentikan sementara perang genosida yang telah menyebabkan lebih dari 48.380 jiwa melayang, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Selain merenggut banyak nyawa, perang ini juga mengakibatkan kehancuran besar-besaran di wilayah tersebut, membuat Gaza menjadi tempat yang semakin tidak layak huni.
Dengan keadaan yang semakin memburuk, bantuan kemanusiaan yang datang terasa sangat terbatas, sementara kebutuhan mendesak untuk tempat tinggal dan barang-barang vital lainnya semakin besar. Krisis tempat tinggal ini adalah salah satu dampak tragis dari perang yang terus mengancam kehidupan warga Palestina di Jalur Gaza. (Antara)