Kurs Rupiah Melemah Jelang Pidato Jerome Powell di Jackson Hole
- Freepik
Data Ekonomi Asia dan Domestik
Dari kawasan Asia, ekonomi China menunjukkan perlambatan di hampir seluruh sektor pada Juli 2025. Produksi pabrik, investasi, hingga penjualan ritel meleset dari ekspektasi. Data resmi Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan produksi industri hanya tumbuh 5,7 persen (yoy), terendah sejak November 2025, sekaligus di bawah capaian bulan sebelumnya sebesar 6,8 persen.
Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) pada Juni 2025 sebesar 433,3 miliar dolar AS atau Rp6.976,1 triliun. Angka ini menurun dibandingkan periode Mei 2025 sebesar Rp7.100,28 triliun. Pertumbuhan ULN juga melambat, terutama dipengaruhi kontraksi ULN sektor swasta.
Pada awal perdagangan Selasa (19/08), rupiah dibuka melemah 32,50 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.230 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.198 per dolar AS. Sementara kurs referensi JISDOR BI pada Jumat (15/08) berada di level Rp16.162 per dolar AS.
Secara keseluruhan, pelemahan rupiah saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, mulai dari sinyal kebijakan The Fed, ketidakpastian geopolitik Rusia–Ukraina, hingga perlambatan ekonomi China. Dari sisi domestik, tekanan juga datang dari tren melambatnya pertumbuhan utang luar negeri. Pasar akan terus menanti arah pidato Jerome Powell di Jackson Hole untuk menentukan langkah selanjutnya.