Ternyata Ini Perbedaan Gen Z dan Milenial Saat Belanja
- VIVA
Tangerang – Berbicara narasi mengenai generasi Z atau Gen Z saat ini sedang marak untuk diperbincangkan. Tidak mengherankan hal itu terjadi, karena sekarang Gen Z sudah mulai memasuki usia yang produktif.
Pada umumnya, narasi yang beredar soal Gen Z lebih cenderung bersifat negatif. Gen Z dinilai sebagai generasi yang pemalas, mau serba instan, dan tidak seperti generasi-generasi sebelumnya.
Namun, perlu diketahui bahwa setiap generasi baik itu boomer, milenial, atau gen Z memiliki ciri khasnya sendiri. Bahkan, milenial dan gen Z yang saat ini sama-sama sedang berada di usia produktif memiliki beberapa sifat yang hampir mirip.
Hal itu bisa disebabkan karena keduanya sama-sama generasi yang dekat dengan penggunaan teknologi. Meski begitu, kedua generasi tersebut tetap memiliki perbedaan cara pandang saat menggunakan teknologi.
Seperti yang dilansir dari The Clueless Company, Gen Z adalah early adopter dari setiap teknologi baru. Mereka bahkan menyukai dan antusias menggunakan teknologi seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). Sedangkan milenial lebih menggunakan teknologi untuk memudahkan aktivitas sehari-hari dan membuat pekerjaan jadi lebih efektif sehingga lebih hemat waktu.
Tidak dapat dipungkiri teknologi turut memiliki dampak yang signifikan terhadap pengambilan keputusan saat ingin berbelanja sesuatu, baik bagi generasi milenial atau gen Z. Berikut beberapa perbedaan cara kaum milenial dan Gen Z saat berbelanja atau menggunakan uangnya.
Gen Z terpengaruh influencer
Justru memilih mengikuti influencer di Instagram dan YouTube yang memiliki followers dan jangkauan tinggi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Google menunjukkan bahwa ada 70% remaja yang berlangganan channel YouTube dan melihat kepribadian seseorang di YouTube lebih relate untuk mereka daripada selebriti konvensional pada umumnya. Hal inilah yang akan membuat mereka memutuskan membeli suatu produk atau tidak. Jadi, ada alasan mengapa marketer sekarang semakin menyadari pentingnya beralih dari digital marketing tradisional ke pemasaran menggunakan influencer.
Gen Z nyaman berbelanja lewat live streaming
Setiap hari kaum milenial menghabiskan sekitar 6 jam dan 48 menit untuk online. Sementara gen Z mampu berselancar di internet selama sekitar 10,6 jam.
Baik milenial dan Gen Z memang terhubung dengan internet terutama dengan perangkat seluler. Akan tetapi ada perbedaan besar antara kedua generasi tersebut, yaitu gen Z praktis dibesarkan dengan smartphone.
Selain itu, sementara gen sebelumnya menyukai berlangganan dan keanggotaan, gen Z cenderung menyukai terlibat dengan suatu brand melalui live streaming untuk menemukan produk tertentu dan membeli barang langsung dari live streaming tersebut.
Gen Z pembeli utama di media sosial
laporan Shopney, ada 80% konsumen gen Z yang menggunakan Instagram dan media sosial lainnya untuk melakukan pencarian produk. Tidak hanya itu, 97% konsumen gen Z bahkan menggunakan media sosial untuk mendapatkan inspirasi produk belanja yang mereka butuhkan.
Tidak hanya itu, gen Z juga senang menjadi co-creator dari konten suatu brand dan bukan hanya menjadi konsumen belaka. Itu artinya mereka suka menjadi kolaborator dan mitra.
Hal ini bisa sangat bermanfaat untuk brand karena gen Z membantu membangun brand tersebut di samping tujuan mereka sendiri, bukan sebaliknya. Upaya tersebut terwujud lewat kebiasaan gen Z yang suka berbagi pendapat, review produk, saran, dan bagaimana mereka menyukai produk atau layanan yang disesuaikan dengan preferensi mereka.
Gen Z pembeli impulsif
saat berbelanja menggunakan ponsel, 56% dari semua konsumen yang disurvei mengatakan bahwa mereka akan melakukan pembelian dalam satu hari setelah berhasil menemukan suatu barang. Namun ternyata ada 74% milenial yang mengaku melakukan pembelian secara impulsif baik sesekali maupun sering, yang diikuti oleh gen X (69%), gen Z (63%), dan baby boomer (53%).
Menariknya, generasi milenial justru hampir sama kemungkinannya untuk melakukan pembelian secara impulsif baik saat berbelanja lewat ponsel atau ketika berada di toko. Meski begitu, generasi milenial jarang melakukannya saat belanja lewat komputer.
Kebiasaan belanja secara impulsif ini bisa terjadi karena pemasar mungkin mampu menjangkau pembeli dengan menawarkan barang yang tepat pada waktu yang tepat, baik itu saat pembeli sedang menjelajahi isi keranjang di e-commerce atau menggulir ponsel mereka.