Menghadapi Fase “Kenapa?”: Cara Bijak Menjawab Rasa Penasaran Anak
Tangerang – Bagi banyak orang tua, pertanyaan “Kenapa?” yang muncul berkali-kali dari mulut anak bisa bikin kewalahan. Tapi tahukah kamu? Fase ini adalah bagian penting dari proses belajar anak.
Rasa ingin tahu adalah dasar dari pola pikir kritis dan kreativitas. Kalau dijawab dengan tepat, anak akan tumbuh jadi pembelajar sejati. Yuk, simak cara bijak menghadapi fase “Kenapa?” ini!
Kenapa Anak Sering Bertanya “Kenapa?”
Di usia 3–5 tahun, otak anak sedang berkembang pesat. Anak mulai menghubungkan satu fakta dengan fakta lain. Pertanyaan “Kenapa?” muncul karena otaknya sedang membangun pola sebab-akibat.
Jangan anggap ini sekadar cerewet. Justru inilah tanda anak aktif berpikir!
Manfaat Menjawab Pertanyaan “Kenapa?”
Orang Tua dan Anak
- -
1. Mendorong Rasa Ingin Tahu Positif
Orang tua yang mau mendengar pertanyaan anak melatih anak terbiasa berpikir kritis.
2. Membangun Kepercayaan
Anak belajar bahwa orang tua adalah tempat aman bertanya, bukan sumber kemarahan.
3. Memperluas Kosakata
Percakapan sederhana membuka jalan anak mengenal kata-kata baru.
Cara Bijak Menjawab Pertanyaan Anak
1. Dengarkan dengan Serius
Tatap mata anak, tunjukkan ekspresi antusias. Hindari menjawab sambil main HP atau setengah hati.
2. Jawab Sederhana dan Jujur
Gunakan bahasa yang sesuai usia. Tidak harus memberi penjelasan ilmiah berlapis. Kalau tidak tahu, katakan, “Wah, pertanyaan bagus! Kita cari tahu bareng yuk.”
3. Gunakan Alat Peraga
Kalau memungkinkan, tunjukkan gambar atau praktik langsung. Misalnya, jika anak bertanya kenapa pelangi muncul, tunjukkan video atau percobaan dengan prisma.
4. Kembangkan dengan Pertanyaan Balik
Alih-alih hanya menjawab, ajukan pertanyaan balik: “Kalau menurut kamu kenapa burung bisa terbang?” Cara ini merangsang imajinasi anak.
5. Sabar dengan Pertanyaan Berulang
Terkadang anak menanyakan hal yang sama. Jangan frustasi. Mereka butuh pengulangan untuk memahami konsep baru.
Kesalahan yang Perlu Dihindari
- Membentak anak karena merasa repot.
- Mengatakan “Sudah, diam!” tanpa penjelasan.
- Membuat anak takut bertanya karena reaksi negatif.
Fase “Kenapa?” adalah momen emas yang harus dirayakan, bukan dihindari. Semakin sering anak bertanya, semakin terasah rasa ingin tahunya. Kuncinya, orang tua cukup sabar, jujur, dan kreatif menjawabnya.
Anak yang terbiasa bebas bertanya akan tumbuh jadi pembelajar seumur hidup.