Mengajarkan Anak Mengatur Emosi: Bekal Hidup yang Sering Terlupakan
Tangerang – Bayangkan punya anak yang bisa berkata, “Aku marah, tapi aku mau tenang dulu,” alih-alih melempar barang atau menangis berjam-jam. Kedengarannya ideal, tapi ini bukan mimpi. Kemampuan mengatur emosi (self-regulation) bisa dilatih, sama seperti belajar membaca atau berhitung.
Sayangnya, banyak orang tua lebih fokus pada prestasi akademis, padahal kemampuan mengatur emosi adalah bekal penting anak menghadapi tantangan hidup.
Kenapa Anak Perlu Belajar Mengatur Emosi?
Bagaimana Menghadapi Anak yang Pemalu dan Sulit Bersosialisasi
- -
- Lebih Mudah Bergaul
Anak yang mampu mengendalikan amarah atau kekecewaan cenderung punya hubungan sosial lebih baik.
- Terhindar dari Ledakan Emosi
Anak tidak terbiasa ‘meledak’ ketika keinginannya tidak terpenuhi.
- Meningkatkan Fokus dan Disiplin
Self-regulation membuat anak mampu menunda kesenangan demi tujuan lebih besar.
- Bekal Hidup Jangka Panjang
Studi menunjukkan anak yang punya kontrol emosi baik cenderung sukses akademis dan karier.
Tanda Anak Belum Bisa Mengatur Emosi
- Mudah tantrum berlarut-larut.
- Sering memukul atau melempar barang saat marah.
- Menutup diri saat kecewa tanpa bisa mengungkapkan.
Cara Mengajarkan Anak Mengatur Emosi
1. Ajarkan Anak Mengenali Emosi
Gunakan poster ekspresi wajah atau buku cerita untuk membantu anak mengenali kata “marah”, “sedih”, “kecewa”, “gembira”. Anak yang paham apa yang dirasakannya lebih mudah mengekspresikan dengan kata-kata.
2. Validasi Emosi Anak
Hindari meremehkan perasaan anak. Kalimat seperti “Ah, gitu aja nangis!” membuat anak merasa emosi mereka tidak valid. Lebih baik katakan, “Mama lihat kamu kecewa karena mainannya rusak, ya?”
3. Ajarkan Teknik Menenangkan Diri
Latih anak menarik napas dalam, menghitung sampai 5, atau pergi ke ‘sudut tenang’ di rumah. Buat sudut nyaman dengan bantal, boneka, atau buku agar anak bisa ‘reset’ emosinya.
4. Beri Teladan yang Konsisten
Anak meniru cara orang tua mengatur emosi. Jika orang tua sering marah-marah tanpa kontrol, anak pun belajar demikian. Berikan contoh dengan berbicara tenang dan mengatur napas saat kesal.
5. Diskusi Setelah Anak Tenang
Jangan menasihati saat anak masih emosi. Tunggu sampai ia tenang, lalu ajak refleksi: “Tadi kamu marah banget, ya? Lain kali kita bisa bagaimana supaya lebih tenang?”
Kesalahan yang Harus Dihindari
- Mengancam atau mempermalukan anak di depan orang lain.
- Membiarkan anak mengekspresikan emosi dengan merusak barang tanpa arahan.
- Terlalu cepat menenangkan tanpa memberi ruang anak mengenali emosinya.
Mengatur emosi bukanlah keterampilan yang muncul tiba-tiba, melainkan hasil pendampingan sabar dan konsisten. Anak yang terbiasa sadar emosi, menenangkan diri, dan mengekspresikan dengan kata-kata akan tumbuh jadi pribadi tangguh dan matang secara mental.