Ratusan Warga Palestina Tewas Saat Ambil Air, Gaza Terjebak Krisis Air Bersih
- VIVA
Tangerang – Kondisi di Gaza kian memprihatinkan. Sejak Oktober 2023, lebih dari 700 warga Palestina, mayoritas anak-anak, tewas ditembak tentara Israel saat sedang berusaha mendapatkan air bersih. Fakta tragis ini diungkap oleh Kantor Media Pemerintah Gaza, Senin (14/7).
Pihak berwenang Gaza menegaskan, pendudukan Israel sengaja menjalankan strategi “perang kehausan” dengan memanfaatkan air sebagai senjata penindasan. Tindakan ini dinilai melanggar berbagai konvensi kemanusiaan internasional yang seharusnya melindungi warga sipil di wilayah konflik.
Air Bersih Dijadikan Senjata Perang
Data terbaru menunjukkan pasukan Israel sudah 112 kali melakukan penembakan brutal terhadap warga Gaza yang tengah mengantre air, menewaskan ratusan orang termasuk banyak anak-anak. Tragedi terbaru terjadi di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah, pada Minggu (13/7). Saat itu, 12 orang, termasuk delapan anak-anak, kehilangan nyawa hanya karena mereka menunggu giliran mengambil air.
Lebih dari itu, militer Israel juga disebut sengaja merusak 720 sumur air di Gaza. Akibatnya, sekitar 1,25 juta penduduk kehilangan akses air bersih dan terpaksa bertahan di tengah ancaman kelaparan serta penyakit.
Blokade Bahan Bakar Lumpuhkan Jaringan Air
Bukan hanya infrastruktur air yang dihancurkan, tentara Israel juga menahan pasokan 12 juta liter bahan bakar per bulan. Padahal, bahan bakar tersebut sangat dibutuhkan untuk menjalankan sumur air, pengolahan limbah, hingga layanan kebersihan. Tanpa pasokan energi memadai, warga Gaza makin terjebak dalam krisis air bersih dan risiko wabah penyakit makin meluas, terutama di kalangan anak-anak.
Situasi ini memaksa Pemerintah Gaza kembali mendesak komunitas internasional, organisasi kemanusiaan, dan lembaga hak asasi manusia untuk menekan Israel agar menghentikan penggunaan air sebagai alat penindasan. Mereka juga meminta jalur distribusi bahan bakar dan alat berat dibuka agar sumur-sumur air dapat difungsikan kembali.
Blokade Memicu Bencana Kemanusiaan
Krisis kemanusiaan di Gaza kian memburuk sejak 2 Maret lalu ketika Israel menutup semua pintu masuk bagi bantuan pangan, medis, dan logistik vital. Blokade total ini mendorong 2,4 juta warga Gaza di ambang kelaparan. Laporan kematian akibat kurang gizi dan kelaparan mulai bermunculan.
Sementara itu, serangan militer Israel ke Gaza masih terus berlanjut meski berbagai pihak mendesak gencatan senjata. Sejak Oktober 2023, lebih dari 58.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Serangan tanpa henti ini menghancurkan Gaza, memutus pasokan pangan, air bersih, dan menebarkan berbagai penyakit.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza. Israel juga harus menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang semakin menyoroti kejahatan kemanusiaan di Jalur Gaza.