Desakan Internasional untuk Menghentikan Serangan Israel di Gaza: Kecaman dan Protes Meningkat
- VIVA
VIVA Tangerang – Serangan udara terbaru oleh tentara Israel di Jalur Gaza, yang dimulai pada 18 Maret 2025, telah menyebabkan kerusakan luar biasa, dengan lebih dari 730 warga Palestina tewas dalam insiden tersebut. Serangan ini terjadi meskipun sebelumnya sudah ada kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera yang dicapai pada Januari lalu. Serangan yang terus berlanjut ini telah menimbulkan kecaman keras dari berbagai pihak di seluruh dunia, dengan seruan untuk segera menghentikan aksi militer dan melanjutkan proses gencatan senjata demi mencapainya perdamaian yang lebih stabil.
Tidak hanya serangan udara yang mencuri perhatian internasional, tetapi militer Israel juga mengeluarkan perintah evakuasi besar-besaran bagi warga Palestina di Gaza utara. Langkah ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat mengkhawatirkan di wilayah tersebut. Melihat eskalasi kekerasan dan dampaknya yang menghancurkan, banyak negara dan organisasi internasional mulai meningkatkan tekanan untuk menghentikan serangan ini dan mendesak Israel untuk segera melaksanakan gencatan senjata penuh.
Berikut adalah beberapa kecaman dan desakan internasional terhadap Israel terkait kelanjutan serangan di Gaza:
1. PBB: Perintah Evakuasi Israel Memengaruhi 14 Persen Wilayah Gaza
PBB mengungkapkan bahwa perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh Israel kini mencakup sekitar 14 persen dari total wilayah Gaza. Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, mengungkapkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari gelombang baru serangan udara yang menewaskan ratusan orang dalam beberapa hari terakhir. PBB mencatat bahwa serangan ini telah memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza, dengan lebih dari 124.000 orang terpaksa mengungsi, banyak di antaranya berjalan kaki menuju wilayah Mawasi untuk mencari perlindungan.
“Kami sangat khawatir dengan perkembangan ini, dan dengan perintah evakuasi yang mencakup wilayah yang lebih luas, kami menyaksikan peningkatan jumlah pengungsi dan kondisi yang semakin memprihatinkan,” kata Dujarric. Selain itu, banyak dari pengungsi ini mencari perlindungan di rumah sakit-hospital, yang semakin memperparah beban fasilitas kesehatan yang sudah sangat terbatas.