Tidak Semua Anak Harus Jadi Pemimpin: Merayakan Anak yang Bahagia Jadi Pengikut
- VIVA
Tangerang – Dalam budaya yang kerap memuja kepemimpinan, banyak orang tua merasa terdorong untuk membentuk anak mereka menjadi pemimpin sejak dini. Seminar, buku parenting, hingga kegiatan ekstrakurikuler sering kali menekankan pentingnya skill leadership. Namun, penting untuk diingat: tidak semua anak harus menjadi pemimpin. Ada anak-anak yang justru tumbuh bahagia dan berkembang maksimal saat mereka menjadi pengikut yang baik, dan itu sama berharganya.
Mengapa Tekanan Menjadi Pemimpin Bisa Berbahaya?
Memaksakan anak untuk menjadi pemimpin bisa menyebabkan stres, rasa tidak cukup, dan bahkan gangguan kepercayaan diri. Tidak semua anak memiliki karakter dominan, vokal, atau suka tampil di depan umum. Beberapa anak lebih senang bekerja di balik layar, mendukung tim, atau menjalankan peran yang tidak mencolok.
Anak yang terlalu dipaksa menjadi pemimpin bisa mengalami:
- Baca Juga :Kalau Zodiak Jadi Konten Kreator, Siapa yang Cuan dari Podcast, Siapa yang Viral karena Skandal?
Kebingungan identitas karena merasa tidak cocok dengan peran yang dituntut.
Kecemasan sosial karena harus tampil padahal lebih nyaman berperan sebagai pendukung.
-
Menurunnya self-esteem karena merasa gagal memenuhi ekspektasi orang tua atau lingkungan.
Pengikut yang Baik Itu Penting
Sebuah tim yang solid tak hanya terdiri dari pemimpin hebat, tapi juga anggota tim yang loyal, tangguh, dan penuh inisiatif. Pengikut yang baik bukan berarti pasif. Mereka tetap berpikir kritis, mampu berkolaborasi, dan memiliki empati tinggi. Tanpa mereka, tidak ada tim yang bisa berfungsi secara optimal.