China Mediasi Thailand dan Kamboja di Shanghai
- ANTARA
Tangerang – Pemerintah Tiongkok kembali memainkan peran penting dalam diplomasi kawasan dengan mempertemukan perwakilan Thailand dan Kamboja secara informal di Shanghai pada 30 Juli 2025. Langkah ini bertujuan memperkuat pelaksanaan gencatan senjata antara kedua negara yang tengah terlibat ketegangan di perbatasan.
Wakil Menteri Luar Negeri China, Sun Weidong, menjadi tokoh kunci dalam pertemuan ini. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan oleh Juru Bicara Kemlu China, Guo Jiakun, disebutkan bahwa konsultasi dilakukan secara informal tanpa mengungkapkan detail lokasi dan identitas delegasi yang hadir.
"Pertemuan ini berlangsung dalam suasana jujur dan bersahabat. Kedua belah pihak kembali menegaskan komitmen mereka terhadap pelaksanaan gencatan senjata, serta mengapresiasi peran aktif China sebagai mediator damai," ujar Guo dalam konferensi pers di Beijing, Rabu (30/7).
Dukungan Penuh China untuk Upaya Perdamaian
Sejak konflik meletus di wilayah perbatasan Preah Vihear pada akhir Mei 2025, Tiongkok mengambil pendekatan aktif guna mendorong deeskalasi. Selain pertemuan di Shanghai, Menlu China Wang Yi juga telah mengadakan pembicaraan langsung dengan menteri luar negeri kedua negara dan Sekjen ASEAN.
China bahkan mengirim utusan khususnya untuk melakukan dua misi diplomatik bolak-balik guna mempercepat proses damai. Tiongkok juga secara intens berkoordinasi dengan Malaysia, yang saat ini menjabat sebagai ketua bergilir ASEAN, termasuk dengan menghadiri pertemuan pemimpin kawasan di Kuala Lumpur.
“China tidak memiliki agenda tersembunyi dalam konflik ini. Kami mendorong penyelesaian melalui jalur politik dan mendukung penuh peran ASEAN dalam mencari solusi damai,” tegas Guo Jiakun.
Gencatan Senjata dan Ancaman Pelanggaran
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, sebelumnya mengumumkan bahwa Thailand dan Kamboja telah menyepakati gencatan senjata mulai 28 Juli 2025 pukul 00.00 waktu setempat. Kesepakatan ini tercapai setelah pertemuan antara Penjabat PM Thailand Phumtham Wechayachai dan PM Kamboja Hun Manet di kediaman resmi Anwar di Putrajaya.
Meski demikian, ketegangan belum sepenuhnya mereda. Pihak Thailand menuding Kamboja melanggar gencatan senjata di wilayah Phu Makua dan Sam Taet, klaim yang langsung dibantah oleh Kementerian Pertahanan Kamboja.
Sejauh ini, konflik bersenjata telah menewaskan 22 orang dari pihak Thailand dan melukai 140 lainnya. Sementara itu, Kamboja mengonfirmasi 13 korban jiwa, termasuk lima anggota militer. Puluhan ribu warga dari kedua negara masih mengungsi dan menunggu izin untuk kembali ke rumah masing-masing.
Upaya Berkelanjutan Menuju Stabilitas Kawasan
China menegaskan komitmennya untuk terus menjalin komunikasi erat dengan Thailand, Kamboja, dan Malaysia dalam mendukung perdamaian jangka panjang. Fokus utama saat ini adalah menegakkan gencatan senjata serta menciptakan kondisi yang kondusif bagi dialog damai berkelanjutan.
“China akan terus memainkan peran konstruktif dalam menjaga stabilitas dan mendorong solusi damai yang bisa diterima semua pihak,” pungkas Guo.