Perawat AS Undang Utusan Khusus Trump Kunjungi Gaza untuk Saksikan Krisis Kemanusiaan
- VIVA
Tangerang – Seorang perawat asal Amerika Serikat yang saat ini menjadi relawan medis di Jalur Gaza mengajukan undangan terbuka kepada Steve Witkoff, utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk kawasan Timur Tengah, agar mau mengunjungi Gaza secara langsung. Undangan ini disampaikan melalui sebuah video yang diunggah ke media sosial pada Kamis.
Dalam rekaman tersebut, perawat bernama Elidalis Burgos menyampaikan bahwa dirinya telah bekerja di salah satu rumah sakit di Gaza sejak awal Juli 2025. Ia menyuarakan keprihatinannya terhadap situasi darurat kemanusiaan yang terjadi akibat blokade serta serangan terus-menerus dari Israel.
“Jika Tuan Witkoff berencana berkunjung ke Israel, saya mengundangnya untuk mampir ke Gaza,” ujar Burgos dalam videonya. “Datang dan lihat dengan mata kepala sendiri. Jangan hanya percaya informasi dari pihak ketiga.”
Ia menambahkan bahwa dirinya siap memandu Witkoff menyusuri lorong-lorong rumah sakit yang kini penuh sesak oleh pasien dan korban konflik. "Saya ingin Anda melihat secara langsung para pasien yang terpaksa dirawat di luar karena tidak ada lagi ruang di dalam. Rumah sakit sudah kelebihan kapasitas," tegasnya.
Burgos mengulangi ajakannya dengan nada mendesak. “Datanglah dan saksikan sendiri. Ini bukan sekadar narasi, ini adalah kenyataan hidup warga Gaza saat ini,” katanya.
Sementara itu, Witkoff dikabarkan akan melakukan kunjungan diplomatik ke Israel dalam waktu dekat untuk membahas perkembangan di Gaza. Lawatan ini mencuat setelah berbagai laporan dari media internasional, organisasi non-pemerintah, serta lembaga kemanusiaan yang menggambarkan kondisi di Gaza sebagai bencana besar.
Witkoff juga dikabarkan akan meninjau salah satu pusat distribusi bantuan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation—sebuah lembaga kontroversial yang didukung AS dan Israel. Namun, yayasan ini telah menuai kritik tajam karena dianggap berkontribusi pada situasi berbahaya di lapangan. Dilaporkan, lebih dari 1.000 warga Palestina telah tewas saat berusaha mendapatkan bantuan di pusat-pusat distribusi sejak Mei lalu.