Krisis Lahan Pemakaman Umat Muslim di Jepang Karena Keterbatasan Lahan dan Penolakan Masyarakat Lokal
- Mainichi
Sebagai bagian dari kesepakatan, rencana pemakaman ini menetapkan bahwa tidak akan ada pemakaman tambahan selama 20 tahun di tanah yang sudah digunakan untuk pemakaman sebelumnya, dan air tanah akan diuji setiap tahun. Meskipun demikian, situasi berubah setelah Tetsuya Abe, yang menentang proyek ini, terpilih sebagai wali kota pada Agustus 2024. Ia menegaskan bahwa dia tidak akan mengizinkan tanah tersebut dijual untuk dijadikan pemakaman, setelah mendengar kekhawatiran masyarakat terkait potensi kontaminasi air tanah.
Menurut Hirofumi Tanada, profesor emeritus Universitas Waseda yang mengkhususkan diri dalam studi Islam di Jepang, diperkirakan ada sekitar 350.000 umat Muslim di Jepang pada awal 2024. Jumlah masjid di Jepang juga meningkat pesat, dari hanya beberapa masjid pada empat dekade lalu menjadi sekitar 150 masjid pada Juni 2024. Namun, meski jumlah umat Muslim diperkirakan akan terus meningkat, hanya ada sekitar 10 tempat pemakaman yang didedikasikan untuk agama tertentu di seluruh Jepang.
Meskipun tidak ada larangan hukum mengenai pemakaman di tanah, pemerintah daerah dapat menetapkan persyaratan untuk hal tersebut. Namun, menurut survei nasional pada 2023, lebih dari 99,9 persen tempat pemakaman di Jepang masih mengutamakan kremasi.
Di tengah kekurangan tenaga kerja domestik, pemerintah Jepang telah berupaya menerima lebih banyak tenaga kerja asing dan mendorong terciptanya masyarakat yang inklusif. Abe, wali kota Hiji, menyatakan bahwa masalah pemakaman ini tidak seharusnya diserahkan sepenuhnya pada pemerintah daerah dan menyerukan agar pemerintah pusat terlibat untuk menetapkan pedoman yang jelas.
Pada 2021, Asosiasi Muslim Beppu mengajukan petisi kepada pemerintah pusat untuk mendirikan pemakaman umum yang memungkinkan orang memilih metode pemakaman sesuai keyakinan mereka. Namun, hingga saat ini, permohonan tersebut belum mendapat tanggapan.
Tahir Khan, perwakilan Asosiasi Muslim Beppu yang juga seorang profesor universitas di Oita dan warga negara Jepang, menegaskan pentingnya menyediakan tempat pemakaman bagi generasi mendatang. "Kita tidak bisa meninggalkan masalah pemakaman ini tanpa solusi untuk anak cucu kita," ujarnya.