Wamendag Tegaskan Fenomena Rojali dan Rohana Bukan Karena Daya Beli Turun, Tapi Karena Hal Ini

Wamendag Dyah Roro Esti (ANTARA)
Sumber :
  • ANTARA

TangerangWakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti menanggapi fenomena "rombongan jarang beli" (Rojali) dan "rombongan hanya nanya" (Rohana) yang marak di pusat perbelanjaan. Menurutnya, tren tersebut bukan disebabkan oleh turunnya daya beli masyarakat, melainkan karena pergeseran pola konsumsi yang kini lebih banyak mengarah ke belanja daring melalui platform e-commerce.

Pemerintah Tegaskan Tak Ada Razia Bendera One Piece Menjelang HUT RI ke-80

"Perilaku konsumen memang berubah. Mereka kini lebih nyaman belanja online, dan itu bukan sesuatu yang keliru," ungkap Roro di Jakarta, Rabu (6/8).

Mal Kini Jadi Tempat Hiburan, Bukan Lagi Tempat Belanja Utama

Roro menjelaskan bahwa pusat perbelanjaan kini lebih sering dikunjungi untuk aktivitas hiburan, seperti menonton film, makan bersama keluarga atau teman, dan sekadar bersantai. Sementara, aktivitas berbelanja lebih sering dilakukan secara online karena kemudahan dan variasi produk yang ditawarkan oleh e-commerce.

Kemendag Terus Pantau Dinamika Konsumen

Polisi Periksa Kasus Pencurian Tutup Saluran Air di Utan Kayu Selatan Jaktim

Kementerian Perdagangan terus mempelajari dan menyesuaikan diri dengan perubahan gaya hidup konsumen. Ia juga menegaskan bahwa masih banyak masyarakat yang melakukan belanja secara luring, terutama saat momen spesial seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru, dan musim liburan sekolah.

"Setiap konsumen punya karakter unik. Ada yang suka langsung belanja di mal, ada juga yang nyaman klik-klik dari rumah," tambah Roro.

Data Tunjukkan Transaksi Daring Terus Naik

Polres Metro Jakarta Pusat Amankan 7 Remaja Diduga Hendak Tawuran di Senen dan Kemayoran

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga memperkuat pernyataan tersebut dengan menyebutkan bahwa belanja online justru meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa transaksi di ritel online dan marketplace naik 7,55 persen secara kuartalan pada kuartal II tahun 2025. Hal ini mencerminkan bahwa daya beli masyarakat masih kuat.

Peningkatan transaksi daring ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal II 2025.


Fenomena Rojali dan Rohana sebaiknya tidak langsung disimpulkan sebagai penurunan daya beli. Justru, pergeseran ke pola belanja digital menunjukkan adaptasi konsumen terhadap kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup masa kini.