Fadli Zon Umumkan Buku Sejarah Indonesia Terbaru Siap Diluncurkan Oktober 2025

Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat ditemui awak media
Sumber :
  • ANTARA

Tangerang – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengumumkan bahwa buku terbaru bertema Sejarah Indonesia akan resmi diluncurkan pada Oktober 2025. "Penulisannya sudah rampung, namun peluncuran kami targetkan Oktober," ujar Fadli usai menghadiri diskusi publik di Jakarta, Kamis lalu.

Pramono Anung Duga Tawuran di Jakarta Sengaja Dibuat demi Konten Viral

Buku sejarah Indonesia yang diperbarui ini telah melalui berbagai sesi diskusi publik di sejumlah universitas, termasuk Universitas Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Padang, dan Universitas Hasanuddin (Makassar), guna menerima masukan dari masyarakat dan akademisi.

Fadli menambahkan, langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi grup dengan para pemerhati sejarah yang tidak tergabung dalam tim penulis atau editor buku, serta melakukan public expose untuk memberikan gambaran menyeluruh kepada masyarakat.

Mahkamah Agung Kembali Tolak PK Jessica Kumala Wongso dalam Kasus Pembunuhan Wayan Mirna Salihin

Proses editing yang memakan waktu cukup lama, ditambah dengan masukan yang masuk dari berbagai pihak, menjadi alasan peluncuran buku ini belum dapat dilakukan bersamaan dengan perayaan HUT ke-80 RI. Kementerian Kebudayaan menargetkan proses penulisan buku sejarah Indonesia yang diperbarui selesai pada Agustus 2025.

Dalam pembaruan ini, keterlibatan penulis dan editor cukup luas, dengan 113 penulis, 20 editor jilid, dan tiga editor umum yang berasal dari kalangan sejarawan serta akademisi bidang arkeologi, geografi, sejarah, dan humaniora. Anggaran yang dialokasikan untuk proyek ini mencapai sekitar Rp9 miliar.

KPK Pertimbangkan Panggil Menteri Kesehatan Terkait Dugaan Korupsi Proyek RSUD Kolaka Timur

Fadli Zon menekankan bahwa pembaruan buku sejarah dilakukan secara inklusif dengan perspektif Indonesia sentris. Buku ini akan memuat sejarah dari masa awal peradaban Indonesia, era penjajahan, perang kemerdekaan, reformasi, hingga periode pemilu. "Tujuannya agar sejarah ditulis dari sudut pandang Indonesia, bukan perspektif Belanda yang minim melihat realitas penjajahan," ujarnya.