Pemprov DKI Jakarta Tangani Kasus 48 Anak Putus Sekolah di Jakarta Barat

Puluhan anak yang putus sekolah di Jakarta Barat
Sumber :
  • ANTARA

Tangerang – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bergerak cepat menindaklanjuti laporan mengenai 48 anak di Jakarta Barat yang mengalami putus sekolah.

3 Fakta Tragis Kasus Mayat Pria Ditemukan di Kembangan Jakbar

Staf Khusus Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang Komunikasi Publik, Chico Hakim, menjelaskan bahwa dari total laporan tersebut, sudah ada 17 anak yang kembali bersekolah. Sementara itu, empat anak ternyata masih tercatat aktif bersekolah, enam anak diketahui berasal dari luar Jakarta, dan satu nama yang masuk dalam daftar merupakan orang tua, bukan anak.

Selain itu, 18 anak lainnya kini telah dicarikan sekolah oleh Pemprov DKI. Namun, terdapat pula beberapa anak yang menolak melanjutkan pendidikan formal karena ingin bekerja membantu ekonomi keluarga.

Atraksi Spektakuler Pesawat Tempur TNI AU Warnai Langit Monas Usai HUT TNI ke-80

“Bagi anak-anak yang tidak ingin kembali ke sekolah, kami akan arahkan ke kursus dan pelatihan keterampilan. Dengan begitu, mereka tetap memiliki bekal untuk bekerja dan bisa mandiri. Program ini juga dilakukan bersama OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait,” ujar Chico, Rabu (20/8).

Lebih lanjut, Pemprov DKI telah berkoordinasi dengan camat, lurah, hingga dasawisma setempat. Bahkan, Kanwil Agama Provinsi DKI Jakarta juga turut dilibatkan, sebab terdapat delapan anak yang sebelumnya keluar dari madrasah.

Spektakuler! Prajurit Kopassus Terjun Payung Bawa Anjing di Monas Saat HUT TNI ke-80

Kasus 48 anak putus sekolah ini pertama kali terungkap saat anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Lukmanul Hakim, mengunjungi warga di RW 06 Kelurahan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, pada 14 Agustus 2025. Menurutnya, sebagian besar anak yang putus sekolah tersebut berada di rentang usia SD hingga SMP.

Faktor utama yang menyebabkan putus sekolah adalah masalah ekonomi. Banyak orang tua yang tidak mampu membiayai pendidikan, bahkan sebagian anak merupakan yatim sehingga tidak memiliki penopang ekonomi keluarga.

Halaman Selanjutnya
img_title