5 Fakta Menarik di Balik Penutupan Akses 3 SMAN oleh Warga Tangsel
- Antara
VIVA Tangerang – Kasus penutupan akses jalan menuju SMAN 3, SMAN 6, dan SMAN 8 Tangerang Selatan oleh warga menarik perhatian publik. Aksi tersebut merupakan bentuk protes warga sekitar yang kecewa karena anak-anak mereka tidak lolos seleksi masuk sekolah negeri di lingkungan tempat tinggalnya. Meski sempat memanas, kegiatan sekolah tetap berjalan. Berikut lima fakta menarik yang perlu kamu tahu:
1. Warga Menutup Akses Sekolah karena Anak Tak Lolos Seleksi Zonasi
Aksi penutupan jalan oleh warga dilakukan pada Senin, 14 Juli 2025. Mereka kecewa karena anak-anak yang tinggal sangat dekat dengan sekolah justru tidak diterima melalui jalur zonasi Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025. Padahal, zonasi seharusnya mengutamakan calon siswa berdasarkan jarak tempat tinggal.
“Kami tinggal di belakang sekolah, tapi anak saya malah ditolak. Ini tidak adil,” ujar salah satu warga.
2. Kemendikdasmen: Pendidikan Tidak Boleh Jadi Korban Konflik Sosial
Menanggapi situasi tersebut, Staf Khusus Menteri Pendidikan Didik Suhardi menegaskan bahwa pendidikan adalah hak anak yang tidak boleh terganggu oleh persoalan administratif atau sengketa lahan.
“Sekolah harus tetap menjadi ruang aman bagi anak-anak,” tegasnya di Jakarta.
3. MPLS Tetap Berjalan Kondusif di SMAN 3, 6, dan 8 Tangsel
Meski sempat terjadi penutupan akses, pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) di ketiga sekolah tetap berlangsung aman dan tertib. Guru, kepala sekolah, dan siswa tetap menjalani kegiatan pengenalan sekolah sesuai jadwal.
Kepala Seksi SMA Kantor Cabang Dinas Tangsel, Niken Indah, menyebut hari kedua MPLS berjalan kondusif berkat koordinasi antara semua pihak.
4. Isu Zonasi Kembali Disorot Warga
Sistem zonasi yang bertujuan untuk pemerataan pendidikan kembali menuai kritik. Banyak warga merasa sistem ini justru menyulitkan anak-anak lokal untuk masuk sekolah terdekat. Masyarakat mendesak adanya evaluasi agar sistem lebih adil dan transparan.
“Mereka tinggal jauh, tapi lolos. Kami dekat, malah tidak diterima. Ada yang janggal,” ujar seorang wali murid.
5. Kemendikdasmen Siap Evaluasi dan Buka Dialog
Kemendikdasmen menyatakan siap berdialog dengan masyarakat dan mengevaluasi pelaksanaan sistem penerimaan siswa baru. Pemerintah juga mengapresiasi semua pihak yang tetap menjaga ketertiban meski di tengah situasi menantang.
Pendidikan inklusif dan adil adalah prinsip utama. Tantangan teknis tidak boleh menghentikan semangat belajar anak-anak Indonesia. (Antara)